Bertanggung Jawab atas Talenta yang Diberikan Tuhan

Sabtu, 31 Agustus 2019 – Hari Biasa Pekan XXI

5392

Matius 25:14-30

“Sebab hal Kerajaan Surga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu darinya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil darinya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

***

Perumpamaan yang kita dengarkan hari ini berkisah tentang seorang tuan yang akan bepergian. Ia mempercayakan talenta miliknya kepada para hambanya. Hamba yang pertama mendapat lima talenta, yang kedua mendapat tiga talenta, dan yang ketiga mendapat satu talenta. Semua diberi tugas untuk menjalankan talenta itu, meskipun modal awalnya tidak sama, sebab tuan itu tahu kemampuan mereka masing-masing. Bagaimanapun ia menempatkan hamba-hamba itu sebagai orang-orang kepercayaannya. Jumlah talenta yang berbeda justru mengisyaratkan bahwa ia bersikap adil, sebab memberikan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan seseorang.

Reaksi hamba pertama dan kedua sama. Dengan penuh hormat dan sukacita, keduanya bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan kepada mereka. Kepercayaan itu mereka anggap sebagai penghargaan yang besar. Mereka pun kemudian menggandakan talenta itu dengan tekun dan setia. Pada saat tuan itu pulang, mereka menghadap kepadanya sambil membawa hasil yang melimpah.

Hamba yang ketiga memandang pemberian talenta sebagai tindakan yang kejam. Tuannya bahkan ia nilai sebagai pribadi yang jahat. Karena itu, ia kemudian memendam satu talenta yang diterimanya di dalam tanah. Dengan berlaku demikian, hamba ketiga ini meremehkan kepercayaan tuannya. Pada dasarnya, dia ini pemalas. Dia tidak menaruh hormat kepada tuannya, dan tidak peduli dengan anugerah yang diberikan kepadanya.

Tidak heran bahwa tuan itu memuji hamba pertama dan kedua, lalu menjadi murka ketika berhadapan dengan hamba ketiga. Kedua hamba yang pertama ia beri kepercayaan yang lebih besar lagi, sedangkan apa yang sebelumnya diberikan kepada hamba ketiga ia ambil kembali. Hamba yang jahat dan malas itu kemudian dijatuhi hukuman berat.

Demikianlah, seperti kepada ketiga hamba itu, Tuhan juga memberikan kepercayaan kepada kita. Kita dianugerahi-Nya talenta-talenta untuk diolah dan dikembangkan dalam kehidupan ini. Bersikaplah seperti hamba yang pertama dan kedua, jangan seperti hamba yang ketiga. Mari kita berjuang untuk menggandakan anugerah-anugerah Tuhan. Itulah wujud syukur kita kepada-Nya, sebab Ia telah berkenan mempercayakan talenta kepada kita, meskipun kita ini rapuh dan banyak kekurangan.