Mintalah, Carilah, dan Ketuklah

Kamis, 5 Maret 2020 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

1843

Matius 7:7-12

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang darimu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

***

Bacaan Injil hari ini mengajarkan dua hal penting, yakni tentang ketekunan dalam berdoa dan tentang prinsip hidup sehari-hari.

Pertama, tentang ketekunan dalam berdoa. Sebelumnya Yesus sudah meminta para murid-Nya untuk tidak bertele-tele berdoa, sebab “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya” (Mat. 6:8). Perkataan ini dapat disalahpahami, seakan-akan Yesus tidak ingin para murid-Nya giat dan tekun berdoa. Karena itu, Yesus kali ini menegaskan bahwa para murid harus selalu tekun dalam doa. Itulah yang memperlihatkan kepercayaan total mereka pada penyelenggaraan kasih Bapa di tengah kehidupan nyata yang sering kali gelap, mencemaskan, penuh dengan cobaan dan derita.

Tiga kata kerja disampaikan oleh Yesus dalam rumusan yang mudah diingat: meminta, mencari, dan mengetuk. Di hadapan Allah, manusia memang hanya mampu meminta, mencari, dan memohon. Tiga aktivitas manusia pendoa ini langsung disandingkan dengan tiga hal yang diperbuat Allah baginya, yakni memberi, mendapat, dan membukakan pintu. Namun, pemakaian kata “akan” menegaskan bahwa Bapa pasti menjawab doa-doa kita, meskipun tidak harus segera dan tidak harus sekarang. Selain itu, tidak dikatakan juga bahwa kita akan mendapat sesuai dengan keinginan kita. Subjeknya selalu Allah Bapa. Dialah yang menentukan apa yang kita perlukan.

Kedua, tentang prinsip hidup sehari-hari. Sebelumnya Yesus sudah menegaskan prinsip-prinsip hidup yang sangat ideal, yakni mengasihi musuh, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan sebagainya (Mat. 5:38-48). Prinsip-prinsip ideal tersebut tentu harus terus dicari bentuk-bentuk konkretnya. Akan tetapi, jika seorang pengikut Yesus ingin punya pegangan praktis dalam pergaulan sehari-hari, Yesus menawarkan prinsip yang amat mudah diterapkan, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”

Dengan berkata “segala sesuatu” ada segi totalitas dalam perkataan itu. Ini berarti prinsip tersebut berlaku untuk semua hal yang baik, yang kita inginkan dilakukan orang lain kepada kita. Ini berarti pula pertama-tama kita sendiri harus tahu apa yang terbaik untuk kita, untuk keluhuran dan martabat kita sebagai manusia, baru kita dapat melakukan hal-hal tersebut juga kepada sesama.

Jadi, perbuatan baik kita kepada sesama selalu bertolak dari penghargaan kita akan jati diri dan martabat kita sendiri. Jangan dilupakan bahwa perikop ini juga mengedepankan sikap proaktif: murid Tuhan tidak menunggu orang berbuat lebih dahulu baru membalas. Fokusnya bukan membalas budi atau kebaikan orang lain, tetapi lebih dahulu berbuat baik kepada mereka. Tuhan selalu menginginkan para murid-Nya untuk “tampil beda” dan “beda kelas” dalam hal-hal yang baik dari dunia sekitarnya!