Perubahan yang Mendatangkan Berkat

Selasa, 14 Juli 2020 – Hari Biasa Pekan XV

234

Matius 11:20-24

Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggunganmu.”

***

Ada seorang pemimpin yang menempatkan dirinya sebagai pelayan. Ia mencoba menerapkan kepemimpinannya dengan cara mendengarkan dan menerima kritikan-kritikan yang ditujukan kepadanya. Namun, kadang ia mendapat kesulitan dalam memotivasi para anggota untuk berubah demi kebaikan dan cita-cita bersama. Ada anggota yang dengan berbagai alasan sering menolak untuk berubah. Ia tidak peduli juga dengan keputusan bersama. Situasi ini mengganggu dan menghalangi kemajuan semua pihak. Orang itu seolah menjadi duri di dalam daging yang terus mengganggu dan melukai.

Yesus hari ini mengecam kota-kota yang tidak bertobat. “Mengecam” merupakan istilah yang keras dan negatif. Berbagai cara sudah dilakukan Yesus agar kota-kota tersebut berubah dari cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Ia banyak mengadakan mukjizat di sana, dengan harapan itu membuat mereka menyadari kasih Allah. Namun, ketiga kota itu tidak menunjukkan perubahan dan pertobatan. Karena merasa diri hebat, mereka tidak mau berubah, mengabaikan seruan pertobatan, menganggap remeh, dan terus saja melakukan pelanggaran-pelanggaran. Yesus menilai bahwa kota-kota tersebut tanggungannya lebih berat daripada Sodom dan Gomora.

Berubah merupakan suatu proses yang tidak mengenakkan, bahkan menyakitkan. Namun, proses ini terus-menerus harus dijalani. Orang bijak berkata, “Yang abadi di dunia ini adalah perubahan.” Pendapat itu kiranya ada benarnya. Salah satu contoh perubahan yang perlu kita lakukan adalah mengubah cara hidup yang lama, yakni yang menuruti keinginan daging, menjadi cara hidup yang baru, yakni hidup menurut kehendak Allah, hidup yang menghadirkan Kerajaan-Nya, hidup dalam kasih.

Keputusan untuk mengubah cara hidup, dari yang hanya berpusat pada diri sendiri, menuju hidup menurut kehendak Allah kiranya akan mendatangkan rahmat keselamatan bagi semua pihak, yakni diri sendiri, masyarakat sekitar, bahkan dunia. Apabila dunia ini penuh dengan kasih yang tulus, itu artinya kita sudah mulai merasakan kehadiran Kerajaan Allah yang sering kita mohon dalam Doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-Mu.”