Tidak Perlu Malu Saat Bersama Tuhan

Kamis, 11 Februari 2021 – Hari Biasa Pekan V

164

Markus 7:24-30

Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Maka kata Yesus kepada perempuan itu: “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.

***

Di dalam kitab Mazmur dikatakan, “Tiada seorang pun yang menaruh harapan pada Tuhan akan diberi sikap malu.” Dari sini, kita bisa memahami bahwa harapan yang kita berikan kepada Tuhan tidak akan mempermalukan kita. Bersama Tuhan, tidak perlu kita malu.

Saya teringat akan pengalaman seorang teman muda. Dia ini seorang pengusaha yang baru saja merintis usahanya dan mulai masuk ke dalam proyek-proyek pemerintahan. Suatu ketika, ia dihadapkan pada sebuah pilihan saat diharuskan mengubah iman supaya bisa mendapatkan proyek yang besar. Tentu ia menjadi bimbang dan ragu. Di satu sisi, ia membutuhkan pemasukan untuk kelangsungan hidup. Di sisi yang berbeda, ia tidak ingin menyangkal keyakinannya. Kemudian ia memutuskan untuk tetap teguh dengan imannya dengan konsekuensi proyek tersebut tidak ia dapatkan.

Tiga bulan ia bergulat, sebab sesudah itu tidak ada proyek yang masuk. Pergulatan itu akhirnya berbuah manis ketika sebuah proyek yang jauh lebih baik dipercayakan kepadanya. Dari pengalaman ini, ia merefleksikan beberapa hal. Pertama, Tuhan tidak akan meninggalkan umat-Nya yang setia. Kedua, dari pihaknya, ia menyadari bahwa diriya tidak perlu malu untuk berjalan bersama Tuhan.

Bersama Tuhan, kita akan lebih kuat dan akan tumbuh lebih baik. Ia tidak akan membiarkan kita sendirian. Kejatuhan yang kita alami adalah bagian dari sebuah latihan untuk semakin memantapkan perjalanan bersama-Nya.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita hari ini memohon rahmat untuk percaya atas penyelenggaraan Allah di dalam hidup kita. Jangan takut dan jangan meragukan Tuhan yang selalu bekerja di dalam hidup kita.