Mencari dan Menemukan Tuhan

Selasa, 28 September 2021 – Hari Biasa Pekan XXVI

226

Lukas 9:51-56

Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Akan tetapi Ia berpaling dan menegur mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.

***

Mencari Tuhan menjadi inti perjuangan kita yang percaya kepada-Nya. Namun, pencarian ini bukan merupakan usaha pemenuhan kebutuhan diri. Pencarian akan Tuhan didasari sikap percaya bahwa Ia menyertai seluruh hidup kita. Kita mencari-Nya bukan karena tidak tahu, melainkan karena berani untuk masuk lebih dalam akan aneka macam peristiwa kehidupan yang kita alami.

Tuhan yang menyelamatkan tidak hanya dialami dalam doa, tetapi juga dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, baik yang menggembirakan maupun yang menyedihkan. Keselamatan Tuhan hadir dalam perjumpaan dengan sesama, dalam alam lingkungan, juga dalam keheningan dan keramaian. Sudahkah kita menemukan Tuhan, menyadari kehadiran dan penyertaan-Nya dalam berbagai situasi tersebut? Sudahkah kita menemukan dan menangkap sapaan-Nya, bahkan kehendak-Nya? Ketika kita dalam situasi apa pun mampu menempatkan diri dengan rendah hati di hadapan Allah, kita akan merasakan kehadiran dan penyertaan-Nya.

Mari kita jujur dengan diri sendiri. Saat kita merasa kecewa, jengkel, marah, emosi, tersudutkan, dan kurang dihargai, mampukah kita menemukan Allah yang penuh kasih, yang baik, yang peduli, dan yang menyertai? Rasa-rasanya sulit. Kita sulit melihat kebaikan sesama, apalagi kebaikan dan kasih Allah. Saat terjangkit Covid-19, misalnya. Meskipun kita sudah sembuh, sejumlah orang ternyata tetap menjauh, terkesan tidak menerima, dan mencurigai kita. Alih-alih membuat kita jengkel dan menggerutu dalam hati, situasi tersebut hendaknya mendorong kita untuk berani bersikap sabar. Dengan itu, kita akan mengalami penyertaan Allah dan justru menjadi berkat bagi sesama.

Anak Manusia datang bukan untuk membinasakan orang, melainkan untuk menyelamatkan mereka. Kiranya hal itu memurnikan hidup rohani kita dan menjadi penawar sikap, perasaan, dan perilaku kita tatkala jengkel, kecewa, dan emosi karena mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana kita. Ingat, penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidup kita akan membuat segalanya menjadi indah dan penuh berkat.

Saudara-saudari sekalian, Anda semua saya ajak untuk bersyukur bersama merayakan ulang tahun berdiri Kongregasi MSF ke-126. Semoga penyertaan Tuhan menjadi spirit bagi semua anggota MSF dalam karya pelayanan dan misi.