Membunuh Para Nabi

Kamis, 14 Oktober 2021 – Hari Biasa Pekan XXVIII

1165

Lukas 11:47-54

“Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”

Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.

***

Yesus mengecam para ahli Taurat karena mereka membangun makam nabi-nabi, padahal nabi-nabi tersebut dibunuh oleh nenek moyang mereka sendiri. Dengan berbuat demikian, mereka menyangka dapat memulihkan dosa nenek moyang mereka. Yesus justru melihat hal yang sebaliknya. Dengan membangun makam para nabi, mereka justru membenarkan tindakan nenek moyang mereka. Kedua pihak seolah-olah bekerja sama: Nenek moyang membunuh para nabi, sementara mereka membangun makamnya.

Para nabi dan rasul adalah orang-orang yang diutus Allah kepada umat-Nya. Ia mengutus mereka untuk mengingatkan umat supaya hidup benar di hadapan-Nya, sehingga Ia berkenan kepada mereka dan menganugerahkan kebahagiaan. Dengan kata lain, para nabi dan rasul diutus oleh Allah yang mengasihi umat-Nya demi kebahagiaan mereka sendiri. Namun, umat Allah menanggapi hal itu dengan kejam. Sebagian nabi mereka bunuh, sebagian yang lain mereka aniaya.

Salah seorang nabi yang dibunuh oleh nenek moyang orang Yahudi adalah Nabi Zakharia, yang juga seorang imam (2Taw. 24:20-22). Ia menyampaikan kepada umat Israel bahwa mereka sudah melanggar perintah Allah, sehingga Yang Mahakuasa meninggalkan mereka. Orang Israel tidak senang mendengar perkataan Nabi Zakharia, sekalipun yang disampaikannya adalah firman Allah. Mereka pun mengadakan persepakatan, di mana Raja Yoas yang berkuasa pada masa itu ikut terlibat. Atas perintah raja, mereka melontari Nabi Zakharia dengan batu di pelataran Bait Allah sampai mati.

Pembunuhan dan penganiayaan terhadap orang-orang yang diutus Allah merupakan bentuk penolakan yang sangat keras terhadap Allah sendiri. Karena itu, Allah akan meminta pertanggungjawaban dari orang-orang jahat tersebut. Tidak hanya itu, Ia juga akan menuntut pertanggungjawaban dari orang-orang yang menyetujui pembunuhan itu. Apa yang akan dilakukan Allah terhadap mereka? Yesus tidak menjelaskannya, tetapi jelas bahwa mereka harus menghadapi hukuman yang akan dijatuhkan Allah.

Tindakan para ahli Taurat ini mencerminkan sikap para pemuka Yahudi terhadap Yesus. Dia datang dari Allah untuk menyampaikan kabar baik tentang Kerajaan Allah. Lebih dari itu, Ia datang ke dunia semata-mata untuk membawa manusia masuk ke dalam Kerajaan Allah. Namun, walaupun mereka sudah melihat tanda mukjizat yang dikerjakan Yesus, para pemuka Yahudi tetap menolak Dia. Penolakan ini kemudian diwujudkan dengan menangkap, mengadili, dan membunuh Yesus yang tidak bersalah. Nasib yang dialami oleh para nabi dialami juga oleh Yesus. Tindakan yang dilakukan oleh nenek moyang dilakukan pula oleh mereka yang hidup sezaman dengan Yesus.

Allah mengasihi manusia dan menghendaki manusia pada akhirnya hidup dalam kebahagiaan abadi dengan Dia. Supaya dapat menikmati kebahagiaan abadi itu, manusia harus menjalani kehidupan yang benar sesuai dengan kehendak Allah. Ia tidak membiarkan manusia berjuang sendirian untuk memahami kehendak-Nya dengan mengirim utusan-utusan. Kecaman Yesus kepada para ahli Taurat hari ini mengingatkan kita agar memperhatikan pesan Allah yang disampaikan-Nya melalui orang-orang sekitar. Jangan sampai kita mengabaikan pesan itu, sebab Yesus menghendaki kita berbahagia bersama-Nya.