Pelayanan yang Membebaskan

Senin, 25 Oktober 2021 – Hari Biasa Pekan XXX

123

Lukas 13:10-17

Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya.

***

Penginjil Lukas hari ini mempertemukan kita dengan Yesus yang mengajar pada hari Sabat dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit. Dikisahkan bahwa perempuan itu dirasuki roh jahat selama delapan belas tahun, sehingga ia menderita sakit sampai bungkuk punggungnya. Melihat apa yang dilakukan Yesus, kepala rumah ibadat menjadi gusar. Ia meminta orang banyak agar tidak mencari kesembuhan pada hari Sabat. Bagi orang Yahudi, hari Sabat adalah hari suci, di mana mereka dituntut untuk tidak bekerja dan melakukan aktivitas apa pun. Untuk itu, orang Farisi dan para ahli Taurat kemudian menciptakan berbagai aturan, misalnya melarang bepergian pada hari Sabat, juga melarang melakukan penyembuhan pada hari Sabat, kecuali terhadap pasien yang terancam kematian.

Pada titik inilah Yesus berbeda pendapat dengan orang Farisi dan para ahli Taurat. Ia mempertanyakan sikap mereka, sebab mereka sendiri pergi melepaskan lembu dan keledai pada hari Sabat untuk dibawa ke tempat minuman. Jika demikian, mengapa salah seorang putri Abraham tidak boleh dibebaskan dari ikatan Iblis pada hari Sabat? Iblis itu telah membuatnya menderita selama belasan tahun!

Pada masa itu, setiap penyakit selalu dipahami sebagai akibat dari tindakan Iblis terhadap manusia. Karena itu, penyakit perempuan ini ditafsirkan sebagai beban berat yang ditimpakan kepadanya oleh kekuatan roh jahat. Hanya belas kasihan Yesus yang mampu menyembuhkannya. Tanpa diminta, Yesus menghadirkan keselamatan baginya. Tidak hanya itu, tindakan kasih Yesus lebih dari sekadar menyembuhkan penyakit, tetapi juga membuat perempuan itu diterima kembali dalam lingkungan masyarakat yang mungkin telah mengucilkannya selama bertahun-tahun. Dengan demikian, Yesus menghadirkan pelayanan yang membebaskan.

Sosok perempuan yang sakit di sini menggambarkan hidup orang-orang tertindas, bisa jadi kita termasuk di dalamnya. Marilah kita memohon belas kasihan Tuhan dengan iman yang besar agar Ia berkenan membebaskan kita dari segala penderitaan yang membelenggu hidup kita. Masing-masing dari kita memiliki “Iblis” tertentu yang membatasi, memperbudak, dan membelenggu kita, sehingga kita kadang berputus asa dan menyerah pada rasa sakit. Tuhan mungkin membutuhkan waktu untuk menjawab permohonan kita. Namun, apa pun yang terjadi, hendaknya kita tetap teguh dalam iman yang kuat dan mantap.