Tuntutan sebagai Murid Yesus

Rabu, 3 November 2021 – Hari Biasa Pekan XXXI

480

Lukas 14:25-33

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

***

Dalam perjalanan menuju Yerusalem, Yesus diikuti oleh banyak orang. Dia pun berbicara kepada mereka tentang sejumlah tuntutan untuk menjadi murid-Nya. Apa saja tuntutan-tuntutan tersebut yang muncul dalam bacaan Injil hari ini?

Pertama, siapa pun yang ingin menjadi murid Yesus harus mengasihi Dia lebih daripada mengasihi diri sendiri dan keluarga sendiri. Tuntutan radikal ini ingin menekankan superioritas Yesus dalam hidup orang-orang yang mau menjadi murid-Nya. Kedua, siapa pun yang ingin mengikuti Yesus harus memikul salib dan mengikuti-Nya. Orang-orang yang mau menjadi pengikut-Nya harus siap menempuh jalan kehidupan yang sama dengan yang ditempuh oleh Yesus sendiri.

Yesus lalu menampilkan dua perumpamaan singkat tentang perlunya orang membuat pertimbangan yang matang sebelum memutuskan untuk menjadi murid-Nya. Dia mengumpamakannya dengan seorang yang akan membangun menara jaga dan seorang raja yang akan berperang. Keduanya harus menghitung biaya dan risiko dengan bijaksana sebelum membuat keputusan. Hal serupa harus dilakukan oleh orang-orang sebelum memutuskan untuk menjadi murid Yesus. Menjadi murid Yesus itu tidak mudah, sebab membutuhkan komitmen dan dedikasi yang total. Mereka yang ingin mengikuti-Nya perlu memperhitungkan segala konsekuensi yang mungkin terjadi. 

Jika ingin menjadi murid-murid Yesus, kita harus siap melepaskan diri dari ikatan keluarga dan harta milik. Kita juga harus berani memikul salib dan berkomitmen secara total kepada-Nya. Apakah kita sungguh-sungguh siap dengan segala konsekuensi dari pilihan kita menjadi murid-murid Yesus? Marilah kita selalu memohon kekuatan kepada Tuhan agar bisa menerima segala konsekuensi dari pilihan hidup kita untuk beriman kepada-Nya.