Bisnis di Tempat-tempat Suci

Selasa 9 November 2021 – Pesta Pemberkatan Basilik Lateran

117

Yohanes 2:13-22

Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

***

Kalau kita berziarah ke Yerusalem, lalu melakukan ibadat jalan salib di situ, menelusuri jalan-jalan yang dilalui Yesus menuju Golgota dua ribu tahun yang lalu, kita akan menjumpai pemandangan yang menarik. Di sepanjang jalan salib, ternyata ada banyak sekali pedagang yang berjualan barang-barang rohani maupun yang lainnya. Tanpa memedulikan orang yang sedang berdoa, mereka berteriak-teriak menawarkan dagangannya. Sangat terasa tidak adanya penghormatan sama sekali terhadap tempat-tempat dan jalan-jalan yang dahulu pernah dilalui Yesus dalam penderitaan-Nya.

Situasi yang membuat para peziarah merasa tidak nyaman itu tidak hanya terjadi di sana. Di Indonesia pun, kita sering menjumpai hal serupa. Saat kita berziarah ke gua Maria yang terkenal dan ramai dikunjungi banyak orang, kita pasti dengan mudah menemui keberadaan para pedagang, baik yang menjual barang-barang rohani, maupun yang lainnya, termasuk makanan dan minuman.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus dikisahkan marah terhadap para pedagang dan penukar-penukar uang yang ada di halaman Bait Allah. Perlu ditegaskan bahwa orang-orang tersebut berada di dalam kompleks Bait Allah, sehingga bisa kita bayangkan bahwa tempat suci itu menjadi riuh karena suara-suara binatang dan orang yang sibuk melakukan transaksi jual beli. Tiada bedanya suasana Bait Suci dengan pasar! Melihat itu, Yesus menjadi gusar. Ia lalu membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua.

Saudara-saudari terkasih, bagaimana sikap kita selama berada di tempat-tempat suci, misalnya Gereja, ruang adorasi, atau tempat-tempat ziarah? Bagaimana sikap kita selama mengikuti perayaan Ekaristi? Apakah di tengah perayaan Ekaristi, kita masih sibuk dengan telepon genggam kita, masih memikirkan urusan pekerjaan kita, atau asyik mengobrol dengan teman di sebelah kita? Mari menjaga diri dan perilaku agar kita tidak mencemarkan tempat-tempat suci. Sebaliknya, dengan menjaga kekudusan tempat-tempat yang sakral itu, semoga kita dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan di sana dan semakin dekat dengan-Nya.