Kekuatan Salam

Minggu, 19 Desember 2021 – Hari Minggu Adven IV

96

Lukas 1:39-45

Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”

***

Memasuki Masa Adven pasca tanggal 17 Desember, melalui bacaan Injil, kita akan diajak untuk merenungkan kisah tokoh-tokoh yang secara khusus ambil bagian dalam persiapan kelahiran sang Imanuel, Penyelamat yang lahir bagi keselamatan seluruh ciptaan. Hari Minggu ini, kita bersama-sama merenungkan kegembiraan Maria yang menerima kabar dari Malaikat Gabriel, yang kemudian dibawanya kepada Elisabet, saudarinya.

Pertama kali yang dilakukan Maria ketika masuk ke rumah Zakharia dan Elisabet adalah memberi salam. Menariknya, salam yang keluar dari hati yang penuh dengan sukacita itu ternyata mengalir kepada orang yang mendapatkannya, bahkan juga kepada janin yang berada dalam kandungannya. Kekuatan salam sungguh luar biasa!

Salam adalah cara bagi seseorang untuk mengomunikasikan kesadaran akan kehadiran orang lain, untuk menunjukkan perhatian, dan untuk menegaskan jenis relasi atau status sosial antarindividu. Salam bisa disampaikan dalam bentuk ucapan untuk menyapa orang lain, seperti halo, apa kabar, selamat pagi, shalom, dan sebagainya. Bukan hanya dalam kata-kata, salam juga dapat berupa gerakan tertentu, seperti berjabat tangan, mengangguk, mencium tangan, mencium pipi, dan lain-lain.

Apa pun bentuknya, salam mau mengungkapkan sapaan, perhatian, dan kesadaran akan kehadiran orang lain sebagai sesama. Sayangnya, salam yang penuh makna terkadang hanya menjadi “latah” yang begitu saja diucapkan sebagai basa-basi, alih-alih keluar dari kesungguhan hati. 

Perjumpaan Maria yang membawa salam sukacita kepada Elisabet pada hari ini semoga menginspirasi kita. Pengalaman sukacita karena kehadiran dan cinta Tuhan dalam hidup kita semoga menggerakkan kita untuk membagikan cinta dan kasih kepada semakin banyak orang di sekitar kita. Mari kita renungkan bersama: Pengalaman sukacita apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita? Apakah kita berani membagikan pengalaman sukacita itu kepada orang lain?

Kasih itu ibarat aliran listrik yang akan “menyetrum” siapa saja yang dikenainya, begitu juga sukacita dan damai sejahtera! Semoga kita membawa kasih, sukacita, dan damai sejahtera kepada setiap orang yang kita jumpai hari ini, mulai dari orang-orang yang ada di dekat kita, yakni keluarga kita, sampai orang-orang yang jarang kita sapa. Semoga salam, shalom, berkah Dalem bukan sekadar kata, melainkan sapaan penuh makna yang keluar dari kesungguhan hati yang paling dalam.