Natal: Terlahir Kembali sebagai Anak-Anak Allah

Sabtu, 25 Desember 2021 – Hari Raya Natal

86

Yohanes 1:1-5, 9-14

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.

Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

***

Setiap orang mempunyai cara sendiri bagaimana memaknai perayaan Natal. Ada yang memaknai Natal dengan segala sesuatu yang serba baru: Baju baru, sepatu baru, dan semangat baru. Ada yang mengartikan Natal sebagai momen perjumpaan dengan keluarga: Berkumpul dengan keluarga, makan bersama dengan keluarga, jalan-jalan dengan keluarga. Ada juga yang menggunakan kesempatan Natal untuk melakukan refleksi diri. Kita pun masing-masing pasti juga mempunyai cara sendiri untuk memaknai perayaan kelahiran Tuhan.

Bacaan Injil dalam perayaan Natal kali ini mengajak kita untuk merefleksikan jati diri atau hakikat kekristenan kita. Kita diiingatkan agar lahir kembali sebagai anak-anak Allah. Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Ia adalah Firman yang berasal dari Bapa. Dahulu memang Allah berfirman melalui para nabi, namun sekarang Ia berfirman melalui Anak-Nya sendiri. Allah berfirman melalui misteri inkarnasi diri-Nya dalam Yesus, Anak-Nya.

Yesus sebagai perwujudan Allah adalah gambaran sempurna Bapa sendiri. Kemuliaan Allah Bapa tercermin dalam diri Yesus yang penuh kasih dan kebenaran. Penyataan Yesus sebagai Anak Allah yang datang ke dunia merupakan cerminan bagi kita, para pengikut Kristus, untuk hidup seperti-Nya. Semoga Natal bagi kita tidak hanya sebuah pesta yang diingat karena hiasan yang meriah, bingkisan, dan makanan, tetapi juga sebuah momen peringatan agar kita kembali menjadi anak-anak Allah.

Sebagai anak-anak Allah, semoga kata dan perbuatan kita mencerminkan apa yang dikehendaki Allah sendiri, yakni agar kita hidup dengan benar dan penuh kasih. Cinta kasih sangat dibutuhkan oleh dunia sekarang ini yang masih dilanda kesulitan akibat pandemi yang tak kunjung sirna. Sebagai anak-anak Allah, kita diajak untuk mengasihi sesama manusia, terlebih kepada mereka yang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan. Semoga hati yang penuh kasih membuat kita semakin kreatif untuk menemukan cara-cara baru dalam membangun solidaritas dan persaudaraan satu dengan yang lain. Di tengah dunia yang dipenuhi aneka macam informasi, tak terkecuali ujaran-ujaran kebencian dan hoax, semoga kita tetap teguh menjunjung tinggi kebenaran dengan berkata-kata dan bertindak secara benar. 

Saudara-saudari terkasih, selamat Natal untuk kita semua! Selamat terlahir kembali sebagai anak-anak Allah!