Pengampunan yang Tanpa Batas

Selasa, 22 Maret 2022 – Hari Biasa Pekan III Prapaskah

786

Matius 18:21-35

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan utangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar utangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala utangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan utangnya.

Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar utangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, utangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya utangnya.

Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh utangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh utangnya.

Maka Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”

***

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang pengampunan yang tanpa batas. Pengampunan yang seperti ini akan membebaskan kita dari segala keterikatan duniawi, dan akan membawa kita pada pembaruan hidup yang terus-menerus. Mengapa kita harus mengampuni? Hal pertama yang harus kita sadari adalah karena Tuhan yang berbelas kasihan selalu memberikan pengampunan kepada kita. Karena sudah dan selalu diampuni oleh-Nya, kita pun diharapkan sudi mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita.

Betapa hal itu sulit kita lakukan dalam kehidupan nyata sehari-hari! Kita cenderung menghitung-hitung kesalahan orang lain kepada kita, dan sebaliknya malah jarang menghitung kebaikan yang mereka perbuat. Kita lebih memilih tinggal dalam rasa dendam dan sakit hati yang sebenarnya menjadikan hidup kita tidak damai.

Petrus bertanya kepada Yesus tentang berapa kali orang harus mengampuni. Ia membutuhkan ukuran yang pasti mengenai jumlah dan batas dalam memberikan pengampunan. Pertanyaan serupa mungkin juga kita ungkapkan ketika berhadapan dengan orang yang berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama. Menjawab pertanyaan ini, Yesus menegaskan pengampunan yang tanpa batas, yakni yang diberikan secara terus-menerus. Pengampunan yang seperti inilah yang selalu diberikan Tuhan kepada kita. Berkat Tuhan tidak pernah berhenti meski kita sering jatuh dan melakukan dosa yang sama. Jika demikian, bukankah kita perlu berbuat demikian juga kepada orang lain?

Mengampuni bukan perkara yang mudah, apalagi jika kesalahan yang dilakukan oleh orang lain itu menjadikan hidup kita menderita. Karenanya, satu hal yang harus selalu kita mohon dari Tuhan adalah kekuatan dan keberanian untuk mengampuni. Pada masa pertobatan ini, secara khusus Tuhan mengundang kita untuk hidup dalam pengampunan dengan tidak lagi fokus pada kesalahan orang lain, tetapi pada rahmat pengampunan yang dicurahkan oleh-Nya. Dengan mengampuni, hidup kita menjadi damai. Dengan mengampuni, kita membiarkan diri diisi oleh belas kasihan Allah dan hidup dalam kasih-Nya.

Marilah berdoa: “Tuhan Yesus, mampukan kami untuk mengampuni sesama, sehingga kami selalu hidup dalam kasih-Mu. Amin.”