Sulit untuk Mengakui dan Menyesali Kesalahan

Rabu, 13 April 2022 – Hari Rabu dalam Pekan Suci

84

Matius 26:14-25

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.

Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya.”

***

Yesus tahu bahwa waktu bagi Dia untuk diserahkan, disesah, disalibkan, dan wafat sudah semakin mendekat. Ketika mengadakan perjamuan Paskah bersama para murid-Nya, dengan terus terang Ia mengatakan bahwa ada di antara mereka yang akan tega menyerahkan Dia atau mengkhianati-Nya.

Tentu saja hal itu menimbulkan kegemparan di antara para murid: Ada yang saling tuduh, saling mengira, saling curiga, tetapi ada juga yang langsung menyangkal. Semua tentu tidak mau dikatakan sebagai pengkhianat, sehingga masing-masing lalu bertanya kepada Yesus, “Bukan aku, ya Tuhan?” Pertanyaan serupa dikemukakan pula oleh Yudas Iskariot. Namun, sikapnya itu tidak tulus, sebab ia sebenarnya telah menerima tiga puluh uang perak dan sedang mencari-cari kesempatan yang paling tepat untuk menyerahkan Yesus.

Seorang pencuri yang tertangkap basah dengan barang bukti yang meyakinkan pun akan berusaha menyangkal bahwa ia melakukan pencurian. Seribu bahkan sejuta alasan akan ia katakan supaya bebas dari tuduhan. Melihatnya tentu akan membuat kita jengkel. Kita mungkin bertanya-tanya dalam keheranan: Apa susahnya mengakui kesalahan, lalu meminta maaf?

Namun, rupanya itu memang merupakan tindakan yang sulit dilakukan oleh manusia. Inilah pula yang terjadi pada Yudas Iskariot. Perkataan Yesus tentunya membuatnya sadar bahwa pengkhianatannya sudah diketahui. Namun, alih-alih mengakui dan menyesal, Yudas terus saja berpura-pura dengan mengajukan pertanyaan seperti yang lain, “Bukan aku, ya Rabi?” Ketidakjujuran ini membuat Yudas semakin masuk ke dalam perangkap Iblis. Ia menolak untuk bertobat, tetapi malah berkeras dengan kejahatannya.