Berjuang untuk Percaya

Sabtu, 16 April 2022 – Vigili Paskah

105

Lukas 24:1-12

Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu. Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceritakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka memberitahukannya kepada rasul-rasul. Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.

Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kafan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah terjadi.

***

Mungkin Anda pernah mendengar kisah tentang seorang penggembala domba yang berteriak-teriak minta tolong seolah-olah didatangi sekawanan serigala yang akan menyerang kawanan domba gembalaannya. Setelah bala bantuan dari warga sekitar datang hendak menolong, dia malah tertawa terbahak-bahak karena merasa berhasil mengerjai mereka. Karena menurutnya lucu, hal itu ia ulangi sampai beberapa kali. Akhirnya, orang itu kena batunya. Ketika benar-benar diserang oleh sekawanan serigala, tidak ada yang menolong, sebab orang mengira bahwa dia lagi-lagi sedang bercanda.

Sejumlah perempuan yang hendak mengurapi jenazah Yesus mendapat pemberitahuan dari dua malaikat bahwa Yesus telah bangkit. Mereka percaya dan meneruskan kabar itu kepada murid-murid Yesus. Namun, para murid ternyata tidak memercayai kesaksian para wanita itu dan menganggapnya sebagai omong kosong belaka.

Meskipun demikian, Petrus segera pergi untuk melihat kubur Yesus. Benarlah bahwa kubur telah kosong. Ia hanya menjumpai kain kafan saja. Namun, hal itu tidak juga membuat Petrus segera percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Ia hanya sampai pada sikap batin yang penuh dengan keheranan, sambil memikirkan apa yang sesungguhnya telah terjadi.

Kalau Yesus pernah berbohong atau mungkin sering berbohong seperti kisah seorang gembala di atas, mungkin kita bisa memahami mengapa para murid, yaitu orang-orang yang senantiasa mendampingi Yesus ke mana pun Ia pergi, sulit untuk bersikap percaya. Namun, kita tahu pasti bahwa Yesus tidak pernah berdusta kepada siapa pun. Segala perkataan Yesus adalah benar; yang Ia katakan akan terjadi pasti kemudian terjadi. Para murid menyaksikan itu semua secara langsung. Aneh sekali bahwa mereka tidak kunjung mengimani bahwa Anak Manusia akan ditangkap, diadili, disalibkan, lalu mati, akan tetapi pada hari ketiga akan bangkit lagi.

Dalam hidup ini, kita mungkin sering juga mengalami keragu-raguan dan kesulitan untuk percaya bahwa Tuhan pasti akan senantiasa menjaga dan melindungi kita, serta memberikan yang terbaik bagi kita. Ketika kita mengalami masa-masa sulit dalam hidup, masihkah kita memilih untuk tidak percaya akan kasih Allah dan harapan yang cerah dalam Kristus Yesus?