Jangan Berhenti Berbuat Baik

Senin, 5 September 2022 – Hari Biasa Pekan XXIII

106

Lukas 6:6-11

Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.

***

Salah satu isi sepuluh perintah Allah yang diberikan Allah kepada umat Israel melalui Musa adalah: “Kuduskanlah hari Sabat.” Bagi orang Israel, tidak bekerja pada hari Sabat merupakan bentuk konkret pelaksanaan perintah tersebut. Namun, dalam bacaan Injil hari ini, di dalam rumah ibadat, di hadapan orang banyak, termasuk orang Farisi dan para ahli Taurat, Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya. Itu dilakukan-Nya pada hari Sabat.

Saat mengajar orang banyak, Yesus melihat ada orang yang mati tangan kanannya hadir juga di situ. Tangan kanan bagi orang dewasa sangat penting, yaitu untuk bekerja. Karena itu, orang yang mati tangan kanannya berarti pula mati mata pencahariannya, sebab ia tidak lagi bisa bekerja sebagaimana mestinya. Melihat itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan. Ia bermaksud menyembuhkan orang tersebut.

Keberadaan orang-orang Farisi dan para ahli Taurat di situ tidak membuat Yesus ragu. Memang orang-orang itu tidak senang pada-Nya. Mereka mengamat-amati Dia, berusaha mencari cara untuk menyingkirkan, bahkan membunuh diri-Nya. Mengabaikan itu, Yesus bertanya kepada mereka, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” Yesus tidak memerlukan jawaban atas pertanyaan-Nya itu. Ia bermaksud mengajak orang-orang itu berpikir dan merenungkan bahwa yang akan dilakukan-Nya adalah hal yang sungguh benar dan amat baik. Karenanya, tanpa berlama-lama lagi, Yesus pun segera menyembuhkan orang yang sakit itu.

Allah tentu menghendaki kita untuk menyisihkan waktu bagi-Nya dengan cara berdoa, beribadah, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, Ia tidak pernah melarang kita untuk berbuat baik kepada sesama. Ia tidak pernah memerintahkan kita untuk berhenti berbuat baik. Apa pun yang kita lakukan hendaknya mendatangkan kebaikan dan keselamatan, bukan hanya bagi diri kita sendiri dan keluarga, melainkan juga bagi orang-orang lain di sekitar kita.