Orang-orang yang Berbahagia

Rabu, 7 September 2022 – Hari Biasa Pekan XXIII

76

Lukas 6:20-26

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.”

***

Hari ini, empat kali Yesus berkata, “Berbahagialah,” tetapi empat kali pula Ia berkata, “Celakalah.” Yesus menyebut berbahagia mereka yang miskin, yang sekarang ini lapar, yang sekarang ini menangis, dan yang dibenci karena Anak Manusia. Sementara itu, yang disebut celaka oleh-Nya adalah mereka yang kaya, yang sekarang ini kenyang, yang sekarang ini tertawa, dan yang dipuji oleh orang-orang.

Perkataan Yesus tersebut bisa jadi membuat banyak orang zaman sekarang bingung. Pada zaman modern ini, banyak orang berlomba-lomba mencari kekayaan, kepopuleran, kedudukan, status, jabatan, dan kenikmatan-kenikmatan duniawi lainnya. Mereka tidak atau tidak mau menyadari bahwa semua itu sifatnya sementara saja, tidak langgeng, sebab pada saatnya akan habis, hilang, dan lenyap. Tidak selamanya kita berada di dunia ini. Kelak, ketika kita dipanggil Tuhan, kita harus meninggalkan semuanya untuk pergi kepada-Nya.

Kepada para murid-Nya, Yesus menyebut mereka sebagai kelompok orang yang berbahagia. Memang, dengan mengikuti Yesus, para murid tidak mempunyai banyak harta. Tidak jarang, para murid juga merasakan penderitaan seperti yang dialami oleh sang Guru, di mana mereka dibenci, dikucilkan, dicela, serta ditolak. Meski demikian, para murid adalah orang-orang berbahagia, sebab kebahagiaan sejati terletak pada kedekatan dengan Yesus. Dialah sumber kehidupan dan jaminan hidup kekal.

Semoga sabda Yesus hari ini meneguhkan dan menguatkan kita untuk dapat tetap setia menjadi murid-Nya.