Berdoa dengan Tidak Jemu-jemu

Minggu, 16 Oktober 2022 – Hari Minggu Biasa XXIX

593

Lukas 18:1-8

Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

***

Pentingnya doa ditekankan oleh bacaan pertama dan ketiga dalam perayaan Ekaristi hari Minggu ini. Dalam bacaan pertama (Kel. 17:8-13), Musa yang mengangkat tangannya adalah sebuah gerak yang mengisyaratkan sikap doa. Selama Musa mengangkat tangannya dalam doa, semuanya berjalan dengan baik. Sebaliknya, ketika Musa tidak lagi mengangkat tangannya, muncul masalah.

Dalam bacaan Injil, Yesus mengajarkan tentang pentingnya doa dengan tidak jemu-jemu melalui perumpamaan tentang seorang janda dan hakim yang tidak adil. Janda miskin itu mendapatkan apa yang dimintanya karena kegigihannya yang selalu datang dan meminta. Hakim itu akhirnya menyerah, sebab jika tidak dituruti, dia takut janda tersebut akan terus-menerus datang dan menyusahkan dirinya. Yesus menggunakan contoh tindakan janda ini untuk menjelaskan tentang doa yang terus-menerus tanpa jemu dalam segala situasi. Jika hakim yang tidak adil saja menjawab permohonan janda yang selalu datang dan meminta, apalagi Tuhan yang adil. Ia pasti menjawab doa-doa kita yang siang malam berseru kepada-Nya.

Namun, kita mungkin bertanya, “Bagaimana dengan doa kita yang tidak terjawab atau yang tidak terkabul?” Ini selalu menjadi misteri yang harus diserahkan ke dalam tangan Tuhan. Kita harus percaya bahwa doa kita selalu dikabulkan, meski mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Tuhan mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Karena itu, kita harus terus berdoa dengan tidak jemu-jemu. Doa menjadi pusat hidup Yesus; kita pun harus menjadikannya sebagai pusat hidup kita.

Marilah berdoa: “Tuhan Yesus Kristus, berilah kami kekuatan yang kami butuhkan untuk mengatasi situasi sulit yang kami hadapi. Di saat kami merasakan perlakuan yang tidak adil, hadirlah dan bantulah kami untuk tetap merasakan kehadiran-Mu. Berilah kami keberanian untuk menghadapi persoalan-persoalan dalam hidup kami. Kami yakin bahwa Engkau selalu ada untuk kami apa pun yang terjadi. Bimbinglah kami dalam setiap tindakan agar kami sungguh-sungguh mengandalkan Engkau dengan terus-menerus bersandar kepada-Mu dalam doa yang tidak jemu-jemu. Engkaulah Tuhan dan Juru Selamat kami kini dan sepanjang masa. Amin.”