Tugas Pengutusan Tujuh Puluh Murid

Selasa, 18 Oktober 2022 – Pesta Santo Lukas

181

Lukas 10:1-9

Kemudian dari itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”

***

Misi pengutusan Yesus diperluas. Tugas pengutusan yang semula diberikan kepada dua belas rasul, kini diperluas kepada tujuh puluh murid. Tujuh puluh murid diutus untuk mendahului Yesus dan mempersiapkan kota-kota bagi kedatangan-Nya. Mereka diutus berdua-dua yang mengantisipasi pola pengutusan dalam kehidupan jemaat Kristen perdana. Mengapa diutus berdua-dua?

Dengan diutus berdua-dua, mereka memiliki teman dalam perjalanan, sehingga dapat saling mendukung, mengingatkan, dan melengkapi karena masing-masing memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda-beda. Mereka juga diutus berdua-dua supaya bisa berdoa bersama, saling membesarkan hati jika putus asa, saling mengoreksi jika ada kesalahan, dan mencari jalan keluar bersama jika ada masalah. Pengutusan secara berdua-dua tidak hanya berguna bagi yang diutus, tetapi juga bagi kepentingan para pendengar. Di kalangan masyarakat Yahudi pada masa itu, kesaksian seseorang baru bisa dibenarkan dan dipercaya jika didukung oleh dua atau tiga orang saksi.

Perintah untuk bermisi itu dimulai dengan memberikan alasannya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” Karena pekerja sedikit, para murid diminta berdoa kepada Tuan yang menjadi pemilik tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja. Hanya Allah yang dapat menyediakan para pekerja. Berdoa ini juga penting karena mereka tidak bisa bersandar pada kemampuan yang mereka miliki lantaran mereka diutus seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Ungkapan ini dipakai untuk melukiskan bahaya yang datang dari orang-orang yang menentang Injil. 

Yesus selanjutnya memberi perintah agar mereka tidak membawa pundi-pundi atau kantong perbekalan atau kasut. Perintah ini dimaksudkan supaya mereka bersandar secara penuh pada kebaikan Allah melalui kemurahan hati orang-orang yang mereka layani. Mereka juga diperintahkan untuk tidak memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Perintah ini tidak dimaksudkan supaya mereka berlaku tidak sopan, tetapi untuk menunjukkan urgensi misi pengutusan mereka. Meskipun demikian, mereka harus memberi salam ketika memasuki sebuah rumah: “Damai sejahtera bagi rumah ini.” Kata-kata ini tidak hanya sekadar ucapan salam, tetapi juga berkat dari Allah.

Marilah berdoa: “Tuhan Yesus, Engkau mengasihi kami semua dan menjadikan kami saudara-saudari-Mu. Engkau memanggil kami untuk mengikuti-Mu, mengundang kami untuk mewartakan Kabar Baik. Tuhan, berilah kami keberanian untuk menjalankan komitmen kami. Ajarilah kami untuk bertindak melampaui batas-batas kemampuan kami. Ajarilah kami untuk menemukan-Mu di tempat yang paling rendah. Ajarilah kami untuk melihat dengan mata iman. Ajarilah kami untuk berbagi misi dengan semua orang di seluruh dunia. Engkaulah Tuhan dan Juru Selamat kami kini dan sepanjang masa. Amin.”