Kerajaan Allah, Apakah Itu?

Selasa, 25 Oktober 2022 – Hari Biasa Pekan XXX

124

Lukas 13:18-21

Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?  Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

***

Bacaan Injil hari ini memperlihatkan kepada kita dua perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang disampaikan Yesus kepada para murid-Nya, yakni perumpamaan tentang biji sesawi dan tentang ragi. Hakikat atau inti dua perumpamaan tersebut adalah Kerajaan Allah, keadaan di mana Allah memerintah umat-Nya sebagai Raja yang adil (bdk. Keb. 10:10), dan bahwa Kerajaan Allah itu nyata dalam seluruh hidup dan karya Yesus (bdk. Luk. 17:21). Ketika Yesus mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit, pada saat itulah Kerajaan Allah dinyatakan kepada orang tersebut.

Namun, meskipun dapat dijelaskan atau didefinisikan, dan meskipun tanda-tandanya nyata dalam hidup dan karya Yesus, Kerajaan Allah tetap menyimpan misteri yang sukar untuk dipahami sepenuhnya. Perumpamaan tentang biji sesawi melukiskan bahwa hadirnya Kerajaan Allah di dunia tidak dimulai dari hal besar dan luar biasa, tetapi dari hal kecil dan sederhana yang kemudian bertumbuh dan berkembang menjadi besar dan luas.

Gereja perdana yang sedikit anggotanya dapat dipandang sebagai buah dari benih Kerajaan Allah yang ditaburkan oleh Yesus Kristus dan para rasul-Nya. Berkat campur tangan Allah Bapa dan Roh Kudus, benih itu terus bertumbuh dan berkembang, hingga kini sudah memenuhi seluruh muka bumi. Kita yang telah menerima baptisan suci, yang menjadikan diri kita anggota Gereja, dipanggil dan diutus untuk terus-menerus tanpa kenal lelah mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah mulai dari hal kecil dan sederhana. Benih Kerajaan Allah hendaknya bertumbuh dan berkembang dalam keluarga sebagai Gereja mini dan bentuk persekutuan hidup manusia yang paling kecil (bdk. Ef. 5:25, 28, lih. bacaan pertama hari ini, Ef. 5:21-33).

Kita juga dipanggil menjadi ragi bagi dunia. Menjadi ragi berarti membawa pengaruh positif untuk kehidupan dunia saat ini yang sering kali diwarnai kebencian, kekerasan, perselisihan, dan sebagainya. Di tempat di mana ada kebencian, kita hadir membawa cinta kasih; di mana ada keputusasaan, kita hadir membawa harapan; di mana ada perpecahan, kita hadir membawa kerukunan dan damai sejahtera; di mana ada dukacita, di situ kita hadir membawa kabar sukacita.