Gereja yang Katolik dan Apostolik

Kamis, 10 November 2022 – Peringatan Wajib Santo Leo Agung

100

Lukas 17:20-25

Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.”

Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.”

***

Hari ini, kita merayakan Peringatan Wajib Santo Leo Agung, paus dan pujangga Gereja. Ia menjadi paus pada tahun 440, menjabat selama 21 tahun, dan merupakan paus yang paling terkemuka pada abad V. Ia menyadari perannya sebagai pengganti Santo Petrus, sehingga sangat berpengaruh pada Gereja dan kekaisaran. Tantangan Gereja pada abad tersebut adalah aneka pengajaran sesat. Santo Leo Agung menjadi pembela pertama di antara Bapa Konsili Kalsedon akan ajaran iman mengenai inkarnasi Sabda. Ia adalah juga seorang pengkhotbah dan penulis. Diberikannya masukan penting bagi beberapa perayaan liturgi besar, baik dari segi seni bahasa maupun pesan yang terkandung di dalamnya. Ajarannya yang khas adalah tentang primat paus, yaitu peran para paus sebagai penerus Petrus.

Setiap zaman menantang para paus untuk memberikan jawaban sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Dua dari sejumlah ciri takhta Petrus adalah Gereja yang katolik dan apostolik. Katolik artinya Gereja yang dipimpin paus selalu mengedepankan nilai-nilai universal. Apostolik artinya Gereja diutus untuk hadir di tengah zaman guna mewujudkan bonum commune. Karena itu, kebijaksanaan seorang paus diharapkan menjadi pelita yang menerangi jalan yang benar di tengah kegelapan zaman.

Gereja Katolik masa kini disemangati oleh dokumen-dokumen dari Konsili Vatikan II yang membawa berbagai pembaruan dalam hidup menggereja. Tidak hanya itu, ada banyak dokumen lain yang menggerakkan kita semua dalam penghayatan hidup menggereja, salah satunya adalah Ajaran Sosial Gereja (ASG) dari dokumen Rerum Novarum yang telah digaungkan sejak tahun 1891, belum lagi dokumen-dokumen terbaru dari Paus Fransiskus seperti Laudato Si (Terpujilah Engkau), Gaudette et Exulate (Bersukacita dan Bergembiralah), Amoris Laetetia (Sukacita Kasih), Evangelii Gaudium (Sukacita Injil), dan sebagainya.

Semua dokumen tersebut selalu berciri katolik (universal, untuk segala bangsa), serta menyerukan pesan pengutusan sesuai dengan panggilan zaman. Dokumen mengenai Ajaran Sosial Gereja, misalnya (1891). Dokumen tersebut diterbitkan saat dunia mengalami masa sulit akibat diempas revolusi industri. Buruh hanya dipandang sebagai pelayan-pelayan mesin. Manusia yang memiliki martabat luhur sebagai citra Allah seolah telah dirampas oleh ganasnya revolusi industri. Manusia dipandang hanya sebagai salah satu faktor produksi saja. Karena itu, Gereja mengajak semua pihak untuk memulihkan kembali penghormatan terhadap martabat manusia.