Iman Tidak Akan Mengecewakan Kita

Jumat, 2 Desember 2022 – Hari Biasa Pekan I Adven

109

Matius 9:27-31

Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.” Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Maka meleklah mata mereka. Dan Yesus pun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: “Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.

***

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang mukjizat kesembuhan yang dialami oleh dua orang buta. Kisah ini diapit oleh kisah tentang anak perempuan seorang kepala rumah ibadat yang dibangkitkan dari kematian (9:18-19, 23-26), kisah tentang seorang perempuan yang disembuhkan dari sakit pendarahan (9:20-22), serta kisah tentang kesembuhan yang dialami oleh seorang yang bisu (9:32-34). Keempat kisah mukjizat ini sama-sama berbicara tentang kuasa Yesus, sekaligus menekankan kekuatan iman pihak-pihak yang disembuhkan oleh-Nya.

Dua orang buta menjumpai Yesus di perjalanan. Iman mereka kepada-Nya langsung ditegaskan, sebab mereka memanggil Yesus sebagai “Anak Daud”. Gelar “Anak Daud” patut kita perhatikan. Orang Yahudi menanti-nantikan munculnya seorang Mesias keturunan Daud yang kelak akan memimpin dan menyelamatkan mereka. Dengan menyebut Yesus sebagai “Anak Daud”, dua orang buta itu berarti mengakui-Nya sebagai Mesias yang akan datang. Kalau mereka mengharapkan kesembuhan dari-Nya, itu tidak mengherankan, sebab selain tampil sebagai pembebas bangsa, Mesias juga diyakini mampu membuat mukjizat dan mengusir roh jahat.

Iman keduanya juga tampak dalam kegigihan mereka untuk terus berseru-seru dan mengikuti Yesus hingga sampai ke sebuah rumah. Di situ terjadilah perbincangan antara mereka dan Yesus. Yesus bertanya apakah mereka percaya bahwa Ia sanggup melakukannya, dan mereka dengan tegas menjawab, “Ya Tuhan, kami percaya.” Melakukan apa? Ini juga tanda iman yang luar biasa, sebab mereka tidak secara spesifik menyebutkan apa yang mereka minta, hanya memohon agar sang Anak Daud mengasihani mereka. Keduanya percaya bahwa Yesus tahu apa yang mereka butuhkan, tahu pula apa yang terbaik bagi mereka.

Pada akhirnya, iman itu mendapatkan jawabannya dan sama sekali tidak dikecewakan. Yesus berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Sambil berkata demikian, Yesus menjamah mata mereka, dan keduanya pun sembuh dari kebutaan.

Kita diundang untuk meneladani iman kedua orang buta itu. Ketika mengalami masalah dan penderitaan hidup janganlah kita segan untuk datang kepada Yesus dan berseru-seru memohon pertolongan-Nya. Akan tetapi, sering kali kita menjadi pribadi yang penuntut dengan meminta Tuhan untuk melakukan ini dan itu sesuai dengan yang kita inginkan, lalu kecewa ketika dalam kenyataan yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan. Iman kita terlalu tipis, sehingga kita kurang meyakini penyelenggaraan Tuhan. Belajar dari kedua orang buta itu, satu-satunya yang perlu kita mohon dari Tuhan adalah belas kasihan. Kalau Tuhan berbelaskasihan kepada kita, itu sudah lebih dari cukup, sebab belas kasihan-Nya sudah mencakup segala sesatu yang kita butuhkan dalam kehidupan di dunia ini.