Maria Bunda Allah

Minggu, 1 Januari 2023 – Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah

82

Lukas 2:16-21

Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.

Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.

***

Dalam Konsili Efesus (tahun 431), Gereja menegaskan bahwa Maria adalah Bunda Allah (Theotokos, Yang Melahirkan Allah) karena Yesus yang dilahirkannya sungguh-sungguh Allah. Paus Pius XI menetapkan Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah pada tanggal 25 Desember 1931, 1.500 tahun sesudah Konsili Efesus. Dengan hari raya ini, Gereja menyampaikan pengakuan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Dia adalah “sungguh Allah dan sungguh manusia”.

Bacaan Injil pada hari Minggu ini mengisahkan kunjungan para gembala ke kandang tempat Maria melahirkan anaknya. Malam itu, malaikat Allah mengunjungi mereka dan menyampaikan sukacita besar untuk seluruh bangsa. Malaikat tersebut mengatakan bahwa pada hari itu telah lahir Juru Selamat, yaitu Kristus. Ia lahir di Betlehem, Kota Daud, dalam sebuah kandang. Sang Juru Selamat dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan.

Mendengar kabar tersebut, para gembala cepat-cepat berangkat mencari kandang tempat sang Juru Selamat dibaringkan. Mereka pun menemukan tempat itu dan menjumpai Maria, Yusuf, dan bayi yang dibaringkan dalam palungan. Para gembala itu pun menceritakan kepada Yusuf dan Maria tentang kedatangan malaikat, dan menyampaikan apa yang dikatakan kepada mereka tentang anak itu. Yusuf dan Maria heran mendengar semua yang diceritakan oleh para gembala, tetapi Maria menyimpan semua yang didengarnya itu di dalam hatinya dan merenungkannya.

Ketika mendengar tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya, Maria menyatakan bahwa dia adalah hamba Tuhan yang siap sedia melakukan kehendak-Nya. Ia menyatakan kesanggupan untuk mengandung, melahirkan, dan menjadi ibu dari Anak Allah Yang Mahatinggi. Namun, malaikat tidak memberitahukan apa yang harus dilakukannya, serta apa yang akan terjadi padanya dan pada Anak yang akan dilahirkannya itu. Bisa jadi muncul pertanyaan: Bagaimana mungkin Maria melahirkan Anak Allah Yang Mahatinggi di dalam kandang hewan? Kabar yang diceritakan oleh para gembala, yaitu kehadiran malaikat Allah, menjawab keraguan seperti itu. Kehadiran malaikat dan semua yang diucapkan para gembala meneguhkan Maria tentang siapa sesungguhnya anak yang dilahirkannya itu.

Kelahiran Anak Allah Yang Mahatinggi menunjukkan betapa besar peran Maria dalam kehidupan Yesus, Juru Selamat dunia. Anak Allah menjadi manusia dalam diri seorang bayi yang baru lahir. Kehidupan bayi yang dilahirkan sepenuhnya bergantung kepada ibunya. Tanpa peran ibu, seorang bayi yang dilahirkan tidak akan dapat bertahan hidup. Tugas Maria bukan hanya mengandung dan melahirkan Yesus, tetapi merawat dan mendidik-Nya. Ia merawat Yesus sejak masih ada di dalam kandungan sampai dewasa. Maria menjalankan peran ini dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, Ia berperan penting dalam perjalanan hidup Yesus sampai Dia menyelesaikan tugas sebagai Penyelamat manusia.