Bertobat Melalui Doa Bapa Kami

Selasa, 28 Februari 2023 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

184

Matius 6:7-15

“Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

***

Tentang doa, kita sebagai umat beriman mempunyai banyak pertanyaan. Mentalitas budaya zaman ini kerap kali memengaruhi cara kita berdoa. Zaman ini menuntut orang serba cepat, maka orang juga ingin agar doanya cepat-cepat dikabulkan. Ketika doa tak kunjung terkabul, orang dengan segera merasa bosan, lemah untuk terus berharap, dan keyakinannya akan kekuatan doa langsung pudar. Banyak orang berpikir bahwa doa itu obat, sehingga sering kali mempertanyakan doa mana yang tepat dan manjur untuk masalah yang dialaminya. Banyak orang juga jatuh pada hal-hal yang tampak dan lahiriah saja, sehingga mereka mengusahakan doa yang indah dan panjang, tetapi kurang menjiwai arti, makna, dan isinya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengkritik cara berdoa yang bertele-tele. Ia mengkritik pandangan bahwa suatu doa dikabulkan karena banyaknya kata-kata. Kepada para murid, tentu juga kepada kita semua, Yesus lalu mengajarkan Doa Bapa Kami. Doa ini mampu mengantar kita untuk semakin dekat dengan Allah, sebab di sini kita menyapa-Nya sebagai Bapa. Dengannya, kita juga akan semakin dekat dengan sesama, sebab kita didorong untuk mudah mengampuni seperti Allah Bapa mengampuni kita. Tanpa banyak kata, Doa Bapa kami mencakup apa yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari.

Pada masa pantang dan puasa ini, kiranya baik bagi kita untuk menghayati kembali setiap kata dalam Doa Bapa Kami sebagai bagian dari proses pertobatan kita. Jangan katakan “Bapa” kalau kita tidak mau berlaku sebagai anak-Nya setiap hari. Jangan katakan “kami” kalau hidup kita penuh dengan egoisme pribadi. Jangan katakan “yang ada di surga” kalau yang kita pikirkan hanyalah perkara duniawi. Jangan katakan “dimuliakanlah nama-Mu” kalau kita tidak menghormati Allah dengan semestinya. Jangan katakan “datanglah kerajaan-Mu” kalau yang kita mau adalah keberhasilan duniawi. Jangan katakan “jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga” kalau yang kita lakukan hanyalah keinginan kita sendiri.

Jangan katakan “berilah kami rezeki pada hari ini” kalau kita tidak peduli terhadap orang lain yang lapar. Jangan katakan “dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami” kalau diri kita dipenuhi dendam terhadap sesama. Jangan katakan “dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan” kalau kita tidak punya niat untuk berhenti berbuat dosa. Jangan katakan “tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat” kalau kita tidak tegas menolak kejahatan. Jangan katakan “amin” kalau kita tidak serius menanggapi doa Bapa Kami.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita menghayati setiap kata dalam Doa Bapa Kami untuk pertobatan total diri kita!