Bermurah Hati seperti Allah Bapa

Senin, 6 Maret 2023 – Hari Biasa Pekan II Prapaskah

93

Lukas 6:36-38

“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

“Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

***

Yesus hari ini memanggil dan meminta kita untuk bermurah hati sama seperti Allah yang disapa-Nya sebagai Bapa. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” Kita dipanggil dan diminta-Nya untuk memperlihatkan sikap dan sifat seperti Allah yang penyayang dan baik hati kepada yang tidak tahu berterima kasih dan yang jahat, juga kepada yang tidak mungkin membalas kebaikan dan belas kasihan.

Dari panggilan dan permintaan itu, kita perlu bertanya pada diri sendiri. Apakah panggilan dan permintaan Yesus itu realistis? Apakah mungkin kita bisa bermurah hati seperti Allah Bapa sendiri? Kiranya jelas bahwa jika dibandingkan dengan kemurahan hati Allah Bapa yang tak terhingga, kemurahan hati kita pasti selalu kurang dan tidak bisa diperbandingkan. Namun, ketika meminta dan memanggil kita untuk bermurah hati dan berbelaskasihan seperti Bapa, Yesus pasti tidak bermaksud menunjuk pada kuantitasnya! Alih-alih itu, Yesus memanggil dan meminta kita untuk menjadi tanda, saluran, serta saksi kemurahan hati dan belas kasihan Allah Bapa.

Kita perlu bertanya lagi pada diri sendiri: Apa artinya panggilan dan permintaan untuk bermurah hati? Panggilan dan permintaan itu dijelaskan pertama-tama melalui pengampunan. Kita ditantang dan diperintahkan untuk berhenti menghakimi dan mengutuk orang lain. Kita juga ditantang dan diperintahkan untuk memaafkan dan mengampuni orang-orang yang telah menyakiti kita!

Tantangan dan perintah itu tentu tidak mudah. Kita mungkin tidak ingin memaafkan dan mengampuni orang yang telah menyakiti dan melukai hati kita. Namun, jika kita benar-benar ingin mengikuti Yesus, kita harus memaafkan dan mengampuni. Tidak ada pilihan lain. “Ampunilah dan kamu akan diampuni.” Ini mengingatkan kita pada kata-kata dalam Doa Bapa Kami: “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.”

Bermurah hati juga diungkapkan dengan memberi secara tulus tanpa mengharapkan imbalan. Yesus memberikan gambaran tentang pahala atas tindakan memberi dengan murah hati. Ini diungkapkan dalam sebuah pepatah: “Suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang diguncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Melalui pepatah itu, Yesus tidak berbicara tentang hubungan timbal balik antara tindakan memberi dan menerima, tetapi berbicara tentang panggilan untuk meniru kemurahan hati Tuhan yang memberi jauh melebihi jasa kita, dan harapan akan mendapatkan pahala ilahi yang tak terbatas di akhir zaman. Tuhan akan memberi ganjaran bagi orang-orang yang mengikuti praktik kemurahan hati-Nya.

Marilah kita meniru kemurahan hati Tuhan yang tak terbatas dengan rela memaafkan, mengampuni, berbelaskasihan, berbagi, dan menjalani hidup kita dengan cinta.