Jangan Menilai Buku dari Sampulnya

Kamis, 19 Oktober 2023 – Hari Biasa Pekan XXVIII

111

Lukas 11:47-54

“Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”

Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.

***

Bacaan Injil hari ini sangat keras, sebab menampilkan kecaman Yesus terhadap para ahli Taurat. Kecaman ini dilontarkan Yesus bersamaan dengan kecaman-Nya terhadap orang Farisi (Luk. 11:39-44). Semua itu disampaikan-Nya ketika menghadiri suatu perjamuan makan di rumah seorang Farisi yang mengundang-Nya.   

Mendengar kecaman Yesus terhadap orang Farisi, antara lain bahwa mereka ini suka menampilkan diri dan gila hormat, para ahli Taurat merasa bahwa kecaman itu ditujukan kepada mereka juga. Menanggapi keluhan tersebut, Yesus tidak membantah, dan bahkan sekalian saja menghujani mereka dengan kecaman-kecaman yang tak kalah pedasnya.

Para ahli Taurat dikecam karena membangun dan memperindah kuburan para nabi. Mereka berpura-pura lupa bahwa yang membunuh nabi-nabi itu adalah nenek moyang mereka sendiri. Mereka juga dikecam karena mengetahui hukum Taurat dengan baik, tetapi tidak melaksanakannya. Secara teori, mereka memahami tafsir atas berbagai peraturan yang ada dalam hukum Taurat sampai sedetail-detailnya. Namun, semua pengetahuan itu tidak diwujudkan dalam kehidupan nyata oleh mereka sendiri. Bukan hanya nol besar dalam hal praktik, mereka pun membimbing orang-orang lain ke jalan yang salah, sehingga umat Allah tidak sampai kepada keselamatan, melainkan justru kepada kebinasaan.

Dengan kecaman-kecaman itu, Yesus menyerang kemunafikan manusia, terutama dalam hal ini para tokoh agama dan siapa saja yang menganggap dirinya sendiri saleh. Pengetahuan yang luas tentang Tuhan, agama, dan Kitab Suci ternyata tidak diimbangi dengan praktik hidup yang nyata dari hal-hal yang mereka ketahui itu. Pengetahuan tersebut malah mereka jadikan sarana untuk meninggikan diri dan memperalat orang lain. Ini sungguh merugikan dan berbahaya, sebab dengan demikian, atas nama Tuhan, mereka mencelakakan umat yang seharusnya mereka gembalakan. Orang-orang itu layak disebut sebagai “serigala berbulu domba”.    

Jangan silau melihat orang berjubah, jangan pula cepat kagum mendengarkan khotbah-khotbah yang indah. Itu semua hanya “sampul” yang perlu kita tilik isinya terlebih dahulu, yakni pribadi orang yang bersangkutan. Jangan menilai isi buku hanya dari sampulnya! Jubah yang suci benar-benar bermakna demikian hanya jika yang memakainya sungguh-sungguh hidup dalam kesucian. Khotbah yang indah benar-benar bermakna demikian hanya jika yang menyampaikannya melakukan apa yang dia katakan. Bukankah aneh kalau ada orang yang mengkhotbahkan cinta kasih, sementara dia sendiri suka marah-marah, pendendam, dan tidak mau mengampuni kesalahan sesama?