Menjadi Gembala yang Baik dan Setia

Selasa, 12 Desember 2023 – Hari Biasa Pekan II Adven

92

Matius 18:12-14

“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu daripada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.”

***

Yesus berkata, “Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang.” Perkataan ini adalah sebuah pernyataan yang menggambarkan betapa Allah sungguh mencintai dan amat memperhatikan kita, manusia. Allah tidak mau kita hilang dari sisi-Nya.

Di dalam hidup kita, pasti kita pernah mengalami pengalaman kehilangan, bisa kehilangan barang, kehilangan pribadi yang kita kenal baik, bahkan kehilangan diri kita sendiri. Saat kehilangan barang yang kita cintai, pasti kita akan sibuk, kalut, dan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukannya. Selama waktu tertentu, kita tidak menghiraukan barang lainnya, hanya fokus pada benda yang kita cari. Saat barang itu berhasil kita temukan, kita pun merasa lega, gembira, dan sungguh bersyukur karenanya.

Kalau kehilangan barang saja bisa membuat kita sedemikian bimbang dan kalut, lebih lagi kalau kita kehilangan pribadi-pribadi tertentu atau kehilangan diri kita sendiri. Oleh karena itu, bacaan Injil hari ini menyajikan kisah tentang seorang gembala. Gembala melambangkan figur Allah sendiri yang amat menyayangi kita. Ia tidak mau kita hilang. Ia akan mencari kita semaksimal mungkin. Dari gambaran tentang gembala ini, kita bisa berkaca bahwa sesungguhnya kita juga dipanggil untuk menjadi gembala yang sama seperti Allah.

Allah mengharapkan kita juga menjadi gembala bagi sesama dan diri kita sendiri. Menjadi gembala berarti menjadi pribadi yang siap berjuang demi jalan keselamatan para domba. Domba-domba itu adalah teman-teman kita, keluarga kita, bahkan diri kita sendiri. Kita diundang untuk belajar menjadi gembala dari sang Gembala Sejati, yaitu Allah.

Hari ini, marilah kita merefleksikan diri kita: Apakah hidup kita sudah menjadi gembala bagi diri kita sendiri, bagi sesama, dan bagi keluarga kita? Apa yang perlu kita lakukan supaya kita mampu menjadi gembala yang baik dan setia?