Menjadi Seperasaan dan Sejalan dengan Tuhan

Jumat, 15 Desember 2023 – Hari Biasa Pekan II Adven

75

Matius 11:16-19

“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”

***

Bacaan Injil hari ini berisi kontradiksi antara para utusan Tuhan dan orang-orang yang mereka hadapi. Yesus berkata, “Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.” Perbuatan Yohanes Pembaptis yang baik malah membuat dia disalahkan sebagai pribadi yang kerasukan setan. Sementara itu, tindakan sang Anak Manusia malah membuat banyak orang menuduh Dia sebagai pelahap dan peminum serta teman para pemungut cukai dan orang berdosa.

Tentunya kita jangan sampai menjadi bagian dari orang-orang yang bersikap seperti itu. Hari ini, kita diajak oleh Gereja untuk mau seperasaan dan sejalan dengan Tuhan. Sikap ini tergambar dalam sebuah lagu berjudul Servant Song: “Ketika engkau menangis, aku juga menangis. Ketika engkau tertawa, aku juga tertawa…”

Bagaimana sikap seperasaan dan sejalan tersebut bisa diaktualisasikan di dalam hidup kita? Pertama, kita perlu sadar bahwa kita ini adalah alter Christus atau “Kristus yang lain” bagi sesama kita. Apa yang kita lakukan berarti kita melakukannya bersama dengan Kristus. Kedua, kita perlu memiliki relasi yang baik dengan Tuhan. Semakin baik kita berelasi dengan-Nya sudah pasti kita akan semakin mendekati dan menyerupai-Nya. Ketiga, kita perlu bertindak. Jangan hanya ingin atau berhasrat melakukan sesuatu, kita harus berani mencoba melakukannya. Dengan melakukan, kita belajar mengetahui mana yang sejalan dan mana yang menyimpang dari jalan-Nya.

Janganlah takut untuk berupaya seperasaan dan sejalan dengan Tuhan. Dengan pembaptisan, sebenarnya kita sudah memohon rahmat untuk bisa seperasaan dan sejalan dengan-Nya.