Tuhan atas Hari Sabat

Selasa, 16 Januari 2024 – Hari Biasa Pekan II

108

Markus 2:23-28

Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab-Nya kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu — yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam — dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”

***

Perselisihan antara Yesus dan orang-orang Farisi kembali terjadi dalam bacaan Injil hari ini. Setelah berselisih soal puasa, kini mereka berselisih soal peraturan hari Sabat. Perselisihan bermula dari murid-murid Yesus yang memetik bulir gandum pada hari Sabat. Tindakan mereka menimbulkan protes dan kemarahan di kalangan orang Farisi yang berpandangan bahwa hal itu tidak diperbolehkan.

Yesus menjawab protes itu dengan mengutip Kitab Suci bahwa Daud mengabaikan hukum demi para pengikutnya yang sedang lapar. Dengan menjawab demikan, Yesus mewartakan bahwa Allah Bapa menciptakan hari Sabat untuk keselamatan manusia. Manusia tidak boleh dikorbankan demi hari Sabat. Dengan jawaban itu juga Yesus mewartakan belas kasihan Allah kepada orang-orang lapar, sakit, dan menderita. Orang Farisi mengutamakan peraturan formal, tetapi mengabaikan nilai kemanusiaan dan belas kasihan Allah. Sebaliknya, Yesus mengutamakan keselamatan manusia dan mewartakan belas kasihan Allah.

Yesus juga menyatakan diri sebagai Tuhan atas hari Sabat. Sebagaimana di Kapernaum Ia menyatakan bahwa Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa (Mrk. 2:10), di sini Ia menyatakan bahwa Anak Manusia berkuasa atas hari Sabat.

Orang yang berbuat benar dan baik sering kali tidak disukai bahkan dimusuhi oleh orang-orang yang menentang kebenaran dan kebaikan. Yesus dimusuhi oleh orang-orang Farisi karena menegakkan keadilan, kebenaran, dan belas kasihan Allah. Meskipun dimusuhi, Ia tidak berhenti mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah ke segala tempat. Kita belajar dari Yesus yang menempatkan keselamatan manusia di atas segalanya. Kita juga diajak mewartakan keadilan dan belas kasihan Allah dengan kata dan tindakan.