Tak Usah Bimbang dan Ragu

Selasa, 23 April 2024 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

57

Yohanes 10:22-30

Tidak lama kemudian tibalah hari raya Penahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.” Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.”

***

“Anda bimbang, tidak yakin, dan ragu? Silakan pulang!” Kata-kata tersebut sering ditemukan di tempat-tempat penggemblengan mental, misalnya di tempat di mana akan diadakan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), tempat pendidikan dasar untuk masuk menjadi tentara, dan lain sebagainya. Mengapa kebimbangan, ketidakyakinan, dan keraguan amat penting, sehingga orang yang ragu, tidak yakin, dan bimbang dipastikan tidak akan lulus atau tidak akan dapat mengikuti pelatihan dengan baik?

Pertanyaan tersebut coba saya jawab dalam pengalaman nyata berikut. Dalam perjalanan menuju ke tempat pelayanan dengan mengendarai sepeda motor, sering kali saya harus melewati jalan-jalan yang sulit. Jalan itu berlumpur, menanjak, menurun, serta licin. Ketika saya ragu melaluinya, yang terjadi justru saya sungguh tergelincir dan jatuh. Namun, ketika saya yakin bisa melewatinya, bak pengendara motocross yang andal, saya dapat melalui jalan tersebut dengan mudah dan aman.

Orang-orang Yahudi yang mengelilingi Yesus menginginkan Dia berterus terang tentang identitas-Nya sebagai Mesias. Alasan orang-orang itu adalah agar mereka tidak hidup dalam kebimbangan. Sebenarnya Yesus telah mengatakannya kepada mereka, namun mereka tidak percaya. Bukan hanya mengatakan, Yesus bahkan telah menunjukkannya dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya dalam nama Bapa. Mukjizat-mukjizat yang telah dilakukan Yesus sebenarnya sudah menjadi bukti yang kuat bahwa Ia adalah sang Mesias yang mereka nanti-nantikan.

Meskipun demikian, orang-orang tersebut tetap tidak percaya kepada Yesus. Itulah sebabnya mereka akan terus hidup dalam kebimbangan, yakni karena mereka tidak mau mendengarkan dan mengikuti-Nya. Sebagai pengikut Kristus, mari kita berefleksi: Masihkah ada keragu-raguan dan kebimbangan dalam diri kita bahwa Yesus adalah Mesias, Juru Selamat kita?