Yesus sang Penyembuh

Senin, 10 Februari 2025 – Peringatan Wajib Santa Skolastika

57

Markus 6:53-56

Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.

***

Mencari kesembuhan ketika sakit merupakan hal yang wajar dalam hidup manusia. Ketika seseorang sakit, dirinya sendiri atau anggota keluarganya pasti akan berdaya upaya demi memperoleh kesembuhan. Caranya bisa bermacam-macam, baik itu melalui pengobatan medis maupun secara tradisional. Kesembuhan dari sakit, termasuk kesehatan yang baik, merupakan kerinduan kita semua.

Bacaan Injil hari ini menegaskan bahwa Yesus adalah penyembuh yang dicari dan dibutuhkan oleh semua orang. Dia adalah sang penyembuh yang sejati. Banyak orang datang kepada Yesus dengan membawa anggota keluarga atau sanak saudara mereka yang sakit. Oleh-Nya, mereka semua dipulihkan. Kesembuhan dari Yesus diperoleh orang-orang itu dengan berbagai cara. Bahkan mereka sembuh hanya dengan sekadar menyentuh jumbai jubah-Nya.

Namun, jangan hanya puas ketika mengalami kesembuhan, kita hendaknya juga bersedia untuk membuka hati dan menerima pengajaran-Nya. Yesus bukan sekadar sang Penyembuh, melainkan juga sosok yang rela berkorban dan menyerahkan hidup-Nya demi keselamatan dunia.

Perlu bagi kita untuk mencari Yesus tidak sekadar untuk mendapatkan kesembuhan dan keringanan dalam menanggung penderitaan hidup. Yesus juga ingin membawa kita yang disembuhkan-Nya untuk melaju ke tingkat selanjutnya, yaitu partisipasi dalam karya belas kasihan Allah. Kita diajak untuk menjadi penyembuh bagi dunia yang kurang percaya akan Dia. Partisipasi ini membutuhkan iman yang senantiasa berserah kepada-Nya.

Iman selalu dibutuhkan dalam perjalanan hidup kita. Wujud konkret iman adalah percaya bahwa Allah senantiasa menemani, membebaskan, dan menganugerahkan keselamatan kepada kita. Di Nazaret, Yesus tidak berbuat banyak karena orang-orang kurang percaya kepada-Nya. Sikap mereka itu mungkin mencerminkan sikap kita yang serba kurang, yakni kurang percaya, kurang berharap, dan kurang mengasihi Yesus.

Oleh sebab itu, mari kita berubah dan memperteguh iman kita kepada-Nya. Percayakanlah diri kita kepada Dia, Tuhan yang luar biasa, Tuhan yang kasih-Nya begitu agung. Jangan hanya datang kepada Yesus ketika kita sakit, tetapi kemudian meninggalkan-Nya ketika kita sehat. Kita membutuhkan keselamatan dari-Nya dalam seluruh aspek kehidupan kita.