Mencari Roti yang Memberi Hidup

Senin, 5 Mei 2025 – Hari Biasa Pekan III Paskah

71

Yohanes 6:22-29

Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”

***

Hari ini kita melangkah bersama dalam hari Senin Pekan III Paskah. Betapa indahnya bahwa Masa Paskah bukan hanya berlangsung selama satu hari, melainkan merupakan perjalanan selama lima puluh hari. Ini adalah undangan bagi kita untuk merenung, merayakan, dan membiarkan terang kebangkitan meresapi setiap sudut hidup kita.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan orang banyak yang mencari Yesus. Namun, seperti sering terjadi dalam hidup rohani, mereka menemukan lebih dari yang mereka kira. Mereka datang dengan harapan akan roti sebagai pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi Yesus menantang mereka untuk mencari lebih dalam, yakni mencari Roti Hidup. Roti Hidup tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga memberi hidup kekal dan menguatkan perjalanan iman mereka.

Secara tersirat, Yesus bertanya, “Apa yang sesungguhnya kamu cari?” Pertanyaan ini menyentuh hati kita hari ini. Apa yang sebenarnya kita dambakan? Apakah kita mencari sesuatu yang hanya sementara? Ataukah kita sungguh-sungguh mendambakan kehadiran Allah yang hidup?

Kisah pertobatan St. Ignatius Loyola menjadi gambaran yang indah. Dalam masa pemulihannya, ia menyadari bahwa kesenangan duniawi hanya membawa kepuasan sesaat. Berbeda dengan itu, ketika ia merenungkan pengabdian total kepada Tuhan, hatinya dipenuhi sukacita yang mendalam dan tahan lama. Ia menemukan panggilannya dalam penghiburan ilahi.

Kita pun dapat merasakannya dalam momen-momen sunyi kehidupan, misalnya dalam keheningan doa, dalam percakapan yang bermakna, dan dalam kebersamaan ketika merayakan Ekaristi. Ketika kita berhasil menunda kesibukan demi kehadiran-Nya, hati kita akan mengenali bahwa inilah makanan yang sejati. Di saat-saat seperti itu, kita belajar membedakan antara hal-hal yang memberi hidup dan yang hanya memuaskan sementara. Saya teringat sebuah ungkapan dalam spiritualitas St. Ignasius Loyola, yakni be more atau be magis. Kita diajak untuk “menjadi lebih”, bukan untuk “memiliki lebih”.

Yesus pada akhir bacaan Injil hari ini mengundang kita untuk percaya kepada-Nya, bukan sekadar percaya secara intelektual, melainkan memercayakan diri secara utuh kepada Dia yang diutus Bapa. Percaya berarti melibatkan hati, tindakan, dan keputusan kita setiap hari. Kita diundang untuk mencari makanan rohani yang mendalam dari perayaan Ekaristi, sabda Tuhan, pelayanan, dan hidup dalam komunitas.

Kebangkitan bukan hanya mukjizat, melainkan juga panggilan. Kita dibangkitkan bersama Kristus untuk hidup menjadi murid yang sejati. Karena itu, pada Masa Paskah ini, mari kita bertanya: Apa panggilan kita? Bagaimana kita memeliharanya? Semoga dalam pencarian itu, kita senantiasa menemukan Yesus, Roti Hidup, yang membimbing dan menghidupkan kita sampai akhir.