Kejujuran

Sabtu, 14 Juni 2025 – Hari Biasa Pekan X

51

Matius 5:33-37

“Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat.”

***

Di berbagai instansi pemerintah sering ditemukan tulisan “Selamat Datang di Zona Integritas”. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menyediakan pelayanan yang jujur, bebas KKN, berkeadilan, dan menjunjung tinggi kebenaran. Meski demikian, kejujuran tetaplah menjadi nilai hidup manusia yang sulit diwujudnyatakan dalam tindakan. Dalam penelitian tentang kecerdasan moral di Indonesia, integritas orang Indonesia masih tergolong rendah, khususnya dalam aspek kejujuran atau keberanian mengatakan kebenaran. Orang Indonesia dapat diandalkan dalam aspek tanggung jawab, tetapi masih perlu meningkatkan pelaksanaan nilai kejujuran atau integritas.

Dalam rangkaian ajaran yang disampaikan di atas bukit, Yesus meminta para pendengar-Nya untuk menjunjung tinggi nilai kejujuran atau integritas. Ia mengajarkan agar orang-orang tidak mudah mengucapkan sumpah dalam relasi mereka dengan sesama. Yesus tahu bahwa sumpah sering dilanggar. Orang yang mudah bersumpah adalah juga orang yang mudah melanggar sumpah. Bagi Yesus, kejujuran tidak membutuhkan sumpah yang muluk-muluk, tetapi cukuplah dibuktikan dengan perbuatan yang benar.

Suatu prinsip moral yang baik akan terlihat dari perbuatan-perbuatan yang baik pula. Yesus meminta agar para pengikut-Nya menjadi orang-orang yang berintegritas: Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak. Itu sudah cukup, dan tidak perlu diperkuat lagi dengan sumpah-sumpah yang biasanya berasal dari si jahat. Integritas sesederhana mengatakan apa adanya, tanpa embel-embel rasionalisasi yang penuh dengan tipu-tipu.

Dalam psikologi, kecerdasan moral diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melaksanakan apa yang diyakini atau apa yang menjadi prinsip atau keyakinannya. Orang cerdas secara moral adalah pribadi yang perbuatannya selaras dengan prinsip moral atau nilai-nilai yang diyakininya. Jika seseorang mengatakan bahwa dia adalah orang Kristen, hendaknya perilakunya sejalan dengan ajaran-ajaran Kristen yang diyakininya. Yesus berkata, “Kamu adalah murid-murid-Ku, jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:35). Jangan menyebut diri orang Kristen jika hidup kita masih miskin kasih, masih banyak tipu-tipu kepada sesama.