
Matius 8:23-27
Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya pun mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
***
Ketika bertugas sebagai guru di sebuah kota kecil di Sumatera Utara, sering kali saya harus mengadakan perjalanan ke Medan, di mana kantor yayasan kami berada, untuk urusan-urusan yang terkait dengan sekolah. Saya selalu naik kendaraan umum. Suatu kali, sopir mobil yang saya tumpangi membawa anaknya yang masih berumur sekitar lima tahun. Saya duduk di sebelah bapak sopir yang menyetir mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi. Saya sebenarnya takut, tetapi saya lihat anak itu tetap tenang dan menikmati perjalanan. Saya lalu bertanya kepadanya mengapa dia tidak takut. Anak itu menjawab, “Karena bapak saya yang membawa mobil. Saya percaya dia mampu menyetir dengan baik dan aman.”
Bacaan Injil hari ini berkisah tentang badai yang menerjang perahu yang ditumpangi Yesus dan murid-murid-Nya. Para murid ketakutan dan berteriak-teriak, sementara Yesus tidur dengan tenang. Dia sama sekali tidak terganggu oleh angin ribut itu. Saya bertanya-tanya dalam hati, bagaimana bisa Yesus bersikap demikian di tengah badai yang mengakibatkan perahu terombang-ambing? Berbeda sekali dengan saya yang mudah sekali dikuasai ketakutan ketika terjadi sesuatu yang saya rasa membahayakan.
Kiranya para murid demikian juga. Mereka ketakutan meskipun Tuhan ada dan hadir di tengah-tengah mereka. Mereka panik, lalu membangunkan Yesus dengan berkata bahwa mereka akan binasa. Yesus bangun dan menegur mereka, “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Ini adalah teguran bahwa mereka belum sepenuhnya percaya dan menyerahkan hidup kepada-Nya. Yesus lalu menghardik angin badai itu, dan danau pun menjadi teduh kembali.
Dalam hidup, kita pun sering mengalami badai. Saat badai datang dalam rupa masalah dalam pekerjaan, penyakit, konflik keluarga, kekhawatiran akan masa depan, dan sebagainya, tidak jarang kita mudah menjadi panik. Kita berseru, “Tuhan, Engkau di mana?” padahal sebenarnya Tuhan tidak pernah pergi. Ia ada di atas perahu kehidupan kita sejak awal. Di tengah badai, Ia tetap bersama kita, menjaga kita, dan tidak membiarkan kita celaka.
Masalah sebenarnya tidak terletak pada badai, tetapi pada ketidaksadaran kita akan kehadiran-Nya. Kita lebih cepat melihat besarnya gelombang daripada besarnya kuasa Tuhan yang dapat mengatasinya. Kita terlalu fokus pada suara-suara yang menyeramkan, hingga lupa bahwa Tuhan begitu dekat dengan kita.
Mari kita belajar untuk percaya bahwa Tuhan selalu beserta kita, melindungi kita, dan menguasai segala badai kehidupan kita. Jangan takut mengalami badai kehidupan karena Tuhan ada bersama kita.