
Matius 9:14-17
Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”
***
Seorang sahabat dari Kalimantan dahulu kala pernah bercerita kepada saya bahwa setiap kali mengunjungi daerah baru, dia pasti akan membeli peta daerah tersebut dan mempelajarinya, sehingga tahu di mana posisinya pada saat tertentu. Namun, sekarang ini sudah tersedia aplikasi peta digital di telepon selular. Saya tidak tahu apakah sahabat saya tersebut sudah beralih menggunakan itu yang pastinya lebih ekonomis, lebih praktis, dan lebih canggih. Perkembangan teknologi akan semakin memudahkan hidup manusia asalkan mereka mau mempelajarinya dan bersedia membuka diri pada perubahan.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menanggapi pertanyaan murid-murid Yohanes tentang para murid-Nya yang tidak berpuasa, tidak seperti mereka dan orang-orang Farisi. Yesus menjawab antara lain dengan berkata, “Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua … Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua.”
Dengan jawaban itu, Yesus tidak bermaksud menolak tradisi, tetapi mau menyampaikan bahwa ajaran yang Ia bawa merupakan hal baru yang tidak bisa diterapkan dalam kerangka berpikir yang lama. Orang yang menerima pengajaran-Nya harus mau mengubah paradigma agar dapat sungguh-sungguh memahami dan melaksanakannya. Injil adalah anggur yang baru. Untuk menerima serta menghidupinya, kita harus menjadi kantong kulit yang baru. Kita harus siap memperbarui diri dalam hal cara berpikir, melihat, dan bertindak.
Gambaran itu sangat relevan bagi kita yang hidup pada zaman ini. Yesus mengajak kita untuk mengubah cara berpikir dalam menghidupi iman kita: Dari sekadar rutinitas keagamaan menjadi relasi yang hidup dengan Allah; dari hukum keagamaan yang kaku kepada kasih yang menghidupkan. Dunia terus berubah dengan cepat, termasuk cara orang dalam berkomunikasi, bekerja, dan belajar, hingga dalam berpikir tentang moral, relasi, dan makna hidup. Di tengah semua perubahan ini, pesan Injil tetap sama, sehingga cara kita menghidupinya perlu selalu diperbarui.
Menjadi kantong kulit yang baru berarti terbuka terhadap pembaruan Roh Kudus. Kita tidak bisa hidup dalam kasih Kristus hari ini jika tidak mengubah kekerasan hati kita. Kita harus siap dibentuk dan diperbarui setiap hari. Kita harus berani meninggalkan pola pikir lama yang membatasi kasih Allah, melepaskan sikap suka menghakimi dan eksklusif. Kasih Allah lebih luas dari sekat-sekat yang sering kita bangun.
Menjadi kantong kulit baru juga berarti menghidupi iman dengan cara yang relevan, misalnya membagikan Injil tidak hanya dari atas mimbar, tetapi juga dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, misalnya dengan menggunakan media sosial. Kita juga bisa mewartakan Injil melalui kepedulian sosial atau melalui kerja profesional yang penuh integritas dan kasih. Injil bukanlah dokumen yang mati, melainkan kabar gembira yang hidup.
Jika kita tidak mau diperbarui, kita adalah kantong kulit lama yang rapuh dan tertutup. Jika kita mau diperbarui, kita menjadi kantong kulit baru yang lentur dan terbuka, yang siap menerima sukacita serta tantangan Injil zaman ini. Yesus membawa anggur baru, yakni kasih yang memulihkan, pengampunan yang membebaskan, dan hidup yang penuh harapan. Jangan biarkan anggur itu tumpah karena hati kita tidak siap. Mintalah kepada Tuhan hati yang baru, semangat yang baru, dan pikiran yang diperbarui. Hanya dengan menjadi kantong kulit yang baru, kita dapat menyimpan dan mengalirkan anggur baru kehidupan dari Kristus kepada dunia yang haus akan kasih dan kebenaran.