Pedang Kehidupan

Senin, 14 Juli 2025 – Hari Biasa Pekan XV

81

Matius 10:34 – 11:1

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya darinya.”

Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.

***

Firman hari ini sangat mengejutkan. Yesus menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Ini tidak keliru, sebab dalam damai pun, kehadiran Yesus akan menghadirkan pemisahan, mengingat tanggapan manusia kepada-Nya berbeda-beda: Ada yang menerima, ada pula yang menolak-Nya. Yesus juga menekankan betapa pentingnya memusatkan diri dan setia hanya kepada-Nya, walaupun nanti akan ada banyak peristiwa-peristiwa menyedihkan yang datang menghampiri para pengikut-Nya.

Kehidupan bersama dalam masyarakat dibangun atas dasar kasih. Namun, kasih manusiawi sering kali tidak sempurna dan penuh dengan kelemahan. Dalam perjalanan, akan muncul banyak peristiwa yang tidak terduga. Ada perpisahan, penolakan, cemooh, hinaan, ketidakadilan, dan banyak lagi yang lain. Semua itu bisa kita sebut sebagai pedang kehidupan. Seperti sifat sebuah pedang, tertusuk olehnya akan menimbulkan luka, sakit hati, kekecewaan, hingga dendam. Sakit yang ditimbulkan oleh tusukan pedang membutuhkan waktu yang lama untuk bisa sembuh kembali.

Hati kita bisa terluka kapan saja dan di mana saja, baik dalam pelayanan, pekerjaan, maupun dalam keluarga sendiri. Namun, melalui peristiwa itu, sebagai murid-murid Kristus, kita ditempa dan diuji untuk bisa menerima dan melewati semua yang terjadi dengan tegar, kuat, dan setia. Tuhan selalu hadir menawarkan diri-Nya sebagai obat dari segala kesusahan, kesedihan, ketidakadilan, dan penderitaan duniawi. Percayalah kepada firman-Nya, dan setialah untuk mengikuti ajaran-ajaran-Nya, maka kita pun akan disembuhkan-Nya. Siapkah kita untuk menerima pedang kehidupan ini dan percaya kepada-Nya?