Pemberitahuan tentang Penderitaan

Sabtu, 27 September 2025 – Peringatan Wajib Santo Vinsensius a Paulo

44

Lukas 9:43b-45

Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.

***

Ketika orang banyak sedang heran dan takjub dengan kebesaran Allah dalam perbuatan Yesus menyembuhkan orang yang sakit ayan, Yesus memberitahukan tentang penderitaan-Nya untuk kedua kalinya. Keheranan dan kekaguman orang akan kuasa-Nya tidak membuat Yesus berpaling dari jalan penderitaan yang ada di depan-Nya. Ia hidup bukan untuk dikagumi dan disanjung, melainkan untuk menggenapi kehendak Allah, meski jalan yang harus ditempuh adalah jalan penderitaan dan kematian.

Yang diberitahukan Yesus di sini lebih singkat daripada dalam pemberitahuan pertama. Dalam pemberitahuan kedua, Yesus memberitakan bahwa “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”. Apa maksud Yesus? Apakah yang dimaksudkan adalah pengkhianatan Yudas yang akan menyerahkan Dia ke dalam tangan serombongan orang yang datang untuk menangkap-Nya? Ataukah Allah sendiri yang akan memberikan Anak-Nya ke dalam tangan manusia seperti yang dipikirkan oleh Paulus (Rm. 8:32)? Paulus mengatakan bahwa Allah tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi manusia. Kemungkinkan kedua tampaknya lebih mudah dimengerti. Allah akan menyerahkan Yesus ke dalam tangan manusia demi keselamatan manusia.

Pemberitahuan ini sekali lagi membentuk kontras dengan apa yang dilihat oleh para murid dan orang banyak. Tiga murid melihat kemuliaan Yesus dalam peristiwa transfigurasi. Orang banyak dan para murid melihat kuasa besar yang dimiliki Yesus. Penyembuhan anak yang sakit ayan membuat mereka takjub akan kuasa Allah dalam dan melalui Yesus Kristus. Namun, di tengah-tengah peristiwa yang memperlihatkan kemuliaan dan kuasa ilahi-Nya, Yesus justru memberitahukan tentang ketidakberdayaan-Nya, yakni diserahkan ke dalam tangan manusia.

Pemberitahuan ini membuat para murid semakin bingung dan tidak mengerti, namun mereka tidak berani menanyakan artinya kepada Yesus. Mengapa para murid takut menanyakan artinya kepada Yesus? Apakah mereka ingin menutup telinga terhadap pesan yang menakutkan itu?

Di berbagai kesempatan dalam hidup, kita mungkin juga enggan menghadapi kenyataan. Ketika suatu situasi menyakitkan atau menakutkan kita, kita sering kali secara otomatis menutup diri daripada menghadapinya. Cara lain untuk menghadapi kenyataan yang menakutkan adalah dengan menolaknya. Tak seorang pun dari kita ingin mendengar kabar buruk atau kabar sedih. Jika kita menerima kabar buruk tentang seseorang yang kita kasihi, secara otomatis kita ingin menutup telinga. Kita sama sekali tidak ingin mendengarnya.

Namun, salib adalah bagian yang tak terpisahkan dari iman kita. Marilah kita menerima dan merangkulnya seraya memohon pertolongan Tuhan untuk menghadapinya. Kita juga berdoa bagi orang-orang yang menderita karena berbagai alasan. Mereka sangat membutuhkan doa dan dukungan kita.