Setia Hanya kepada Tuhan

Sabtu, 8 November 2025 – Hari Biasa Pekan XXXI

12

Lukas 16:9-15

“Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.”

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?

Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.”

***

Hari ini, Yesus kembali menegaskan fungsi Mamon (baca: uang dan harta benda) sebagai alat semata, yakni pelayan yang membantu kehidupan manusia, bukan sebaliknya sebagai tuan yang menguasai diri dan hidup manusia.

Dengan adanya perubahan dan situasi zaman, peran dan fungsi banyak hal mengalami pergeseran dalam kehidupan manusia, termasuk uang. Uang dahulu diciptakan sebagai pengganti sistem barter, yakni sebagai alat tukar agar kehidupan manusia menjadi lebih mudah. Perlahan-lahan fungsinya berkembang, termasuk menjadi alat penyimpan kekayaan. Kini, uang bahkan menjadi simbol status sosial dan penentu kekuasaan. Manusia berlomba-lomba mengejar uang demi mendapatkan kuasa dalam hidupnya atas kebebasan dan kenikmatan.

Semakin kaya, seseorang semakin terpandang dan semakin bebas melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan orang-orang lain, termasuk hal-hal yang melanggar aturan, hukum, moral, juga ajaran Tuhan sendiri. Misalnya saja judi dan pinjaman online yang kini ada di mana-mana. Meskipun banyak korban berjatuhan, tetap saja hal itu digemari dan semakin merajalela. Orang menjadi kecanduan, stres karena impitan utang yang membengkak, hingga menjadi sakit mental, bahkan ingin bunuh diri. Namun, di pihak lain, ada yang tertawa, bergembira, dan menikmati uang yang mengakibatkan penderitaan orang banyak itu.

Kekayaan sering kali kehilangan makna sejatinya sebagai tanda penyertaan dan kasih Tuhan yang harus diteruskan kepada sesama, sebab diklaim sebagai milik pribadi, hasil kerja dan kepandaian sendiri, yang pantas untuk dinikmati dan dikuasai sendiri. Manusia menjadi semakin egois, serakah, dan berfokus pada hal-hal duniawi, lupa akan kodrat hidup dan matinya sebagai milik Tuhan. 

Yesus tidak ingin kita lupa akan fungsi uang dan harta benda. Jangan sampai kita menjadi budak yang mempertuankan uang dan harta benda itu. Hanya boleh ada satu tuan, yakni Tuhan. Kita hanya boleh mengabdi kepada-Nya saja. Yesus mengingatkan bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan.

Yang diajarkan Yesus hari ini memang tidak mudah. Di dunia yang serba materialistis sekarang ini, di mana hampir segala sesuatunya dinilai dengan uang dan hampir tidak ada lagi yang cuma-cuma, kita dituntut untuk mengikuti Yesus secara radikal. Murid-murid Yesus tidak boleh silau akan gemerlapnya dunia, tunduk pada tawaran-tawaran dunia, atau terhanyut oleh kefanaannya. Yesus meminta kita untuk melepaskan diri dari segala milik, agar dalam keadaan hidup ataupun mati, kita hanya terikat pada-Nya.

Untuk itu, kita perlu memulihkan kembali makna dan fungsi uang, serta harta kekayaan, dalam pikiran dan hidup kita. Jangan menempatkannya di posisi pertama dan terutama, tetapi cukuplah menjadikannya sebagai alat demi mengasihi Tuhan melalui sesama. Meskipun dunia mengagumi dan mengagungkan kekayaan, Yesus menegaskan, “Apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.”