Buah Ketidakpercayaan

Kamis, 20 November 2025 – Hari Biasa Pekan XXXIII

5

Lukas 19:41-44

Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”

***

Belum lama ini, berita tentang penganiayaan dan pembunuhan orang-orang Kristen di Nigeria menjadi viral di media sosial. Kasus-kasus penganiayaan terhadap umat Kristen terjadi juga di beberapa tempat, di mana agama Kristen menjadi minoritas. Namun, banyak penganut Kristen yang tetap setia mempertahankan iman mereka, meskipun nyawa menjadi taruhannya. Iman mereka tidak goyah meski mendapat banyak cobaan. Di Indonesia, beberapa komunitas Katolik sering terancam dipersekusi saat beribadah. Namun, mereka tetap setia menjalankan ibadah dalam ketidakpastian. Iman mereka tetap teguh meski mengalami banyak tantangan.

Bacaan pertama (1Mak. 2:15-29) mengisahkan kekuatan iman keluarga Matatias. Matatias dan anak-anaknya tetap setia menjalankan hukum Taurat. Dia mengajak orang-orang sebangsanya untuk bersikap seperti dia, loyal terhadap hukum Taurat. Dia bahkan rela meninggalkan harta milik untuk meninggalkan kota yang mengancam dan menggoda imannya itu. Meski ditawari harta dan kehormatan, Matatias tidak mau meninggalkan keyakinannya. Walaupun banyak orang telah murtad dan mengikuti titah raja untuk menyembah berhala, Matatias tetap teguh berdiri di atas imannya.

Dalam bacaan Injil, kisah yang sebaliknya diceritakan oleh Lukas. Yesus menangisi Yerusalem karena kebebalan hati, ketidaksetiaan, dan ketidakpercayaannya kepada Allah. Yerusalem yang menolak Yesus kehilangan berkat sebagai kota damai sejahtera. Yerusalem akan mengalami kehancuran, tidak saja bangunan fisiknya tetapi juga secara rohani, karena orang-orang Yahudi tidak menerima Yesus.

Kehancuran Yerusalem karena ketidakpercayaan dan ketidaksetiaannya kepada Allah menjadi contoh bagi orang-orang yang menolak Yesus. Umat yang tidak percaya dan tidak setia kepada Allah akan mengalami kehancuran batin, serta jiwa yang tidak damai. Santo Agustinus pernah berkata bahwa jiwa manusia hanya akan tenang jika beristirahat dalam Allah. Orang yang kurang percaya akan kehilangan pegangan hidup, kehilangan arah, dan mudah goyah. Mereka yang memilih berjalan sendiri, lepas dari Tuhan, akan kehilangan damai sejahtera dan harapan. Buah dari ketidakpercayaan dan ketidaksetiaan kepada Tuhan adalah kehilangan damai sejahtera, kehilangan saat-saat yang penuh rahmat. Orang yang tetap setia bertahan sampai pada kesudahan akan selamat.