
Lukas 2:36-40
Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
***
Hana termasuk di antara orang-orang yang menantikan pembebasan Yerusalem. Ia bagian dari kelompok kecil Israel yang tetap setia, percaya pada nubuat-nubuat, memahami peran Mesias sebagai penyelamat rohani, serta penuh harapan akan kedatangan-Nya. Hana, yang tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan selalu beribadah siang malam dengan puasa serta doa, memiliki kepekaan mendalam terhadap suara Allah. Kehidupan doanya membuatnya peka terhadap dorongan Roh Kudus, terutama pada hari istimewa saat Yesus dipersembahkan di Bait Allah.
Seperti Hana, kita juga dipanggil untuk menjadi bagian dari umat yang setia. Di tengah dunia yang penuh dengan kekacauan dan kerusakan moral, mudah bagi kita untuk terjebak dalam keputusasaan atau kemarahan. Ketika masalah-masalah mendekati kita, baik dalam keluarga maupun komunitas, tantangan terasa makin nyata. Teladan Hana dalam bacaan Injil hari ini memberi inspirasi luar biasa bagi kita untuk menjalani hidup dengan iman yang kokoh. Meskipun kita tidak bisa tinggal di gereja sepanjang waktu untuk berpuasa dan berdoa, kita tetap dipanggil untuk menghadirkan Roh Kudus dalam diri kita dan menjadikan diri kita sebagai Bait Allah.
Menurut Santa Teresa dari Avila, menyadari kehadiran Allah dalam diri kita dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Secara aktif berarti merenungkan secara sadar untuk mencari Allah dalam bait atau ruang jiwa kita. Ini adalah proses kembali ke dalam diri guna menemukan Allah yang tinggal dalam diri kita melalui rahmat-Nya. Seiring dengan mendalamnya praktik ini, doa tersebut berkembang menjadi pasif, di mana Allah memimpin kita secara langsung. Kehadiran-Nya menjadi lebih terasa sepanjang hari, mengundang kita untuk tinggal bersama-Nya dalam bait jiwa kita. Mereka yang menjalani bentuk-bentuk doa semacam ini mengikuti teladan Hana yang senantiasa tinggal di Bait Allah dan terbuka terhadap suara Allah.
Pada hari ini, kita diundang Allah untuk meneladan kehidupan doa Hana. Dengan menghidupi teladan tersebut, kita akan lebih sensitif terhadap suara-Nya dan dorongan Roh Kudus. Kita diajak melihat bagaimana sang Mesias hadir dalam hidup kita dan di sekitar kita. Rahmat ini akan memberi kita kekuatan untuk menghadapi tantangan dunia, dan menjadikan kita bagian dari umat Allah yang setia, yang menantikan penghiburan dan penebusan-Nya.










