Jangan Marah ketika Ditolak

Kamis, 10 Juli 2025 – Hari Biasa Pekan XIV

39

Matius 10:7-15

“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.”

***

Yesus membekali dua belas murid yang diutus-Nya dengan sejumlah nasihat. Ia tidak memperkenankan mereka membawa benda-benda berharga, termasuk kantong perbekalan. Ini untuk mengatakan bahwa dalam mewartakan Kabar Baik, mereka hendaknya fokus pada tugas dan tidak membebani diri dengan hal-hal yang tidak perlu.

Bagaimana dengan macam-macam keperluan mereka, terutama soal makanan? Jangan cemas, Tuhan akan menyediakannya melalui tangan orang-orang yang nanti mereka jumpai. Ancaman dan bahaya juga tidak usah dikhawatirkan, sebab perlindungan Tuhan akan senantiasa menyertai.

Perhatian khusus diarahkan pada tanggapan orang-orang yang didatangi murid-murid Yesus. Para murid mendatangi mereka dengan membawa damai. Sudah diperkirakan bahwa sebagian orang akan memberi sambutan hangat, sebagian yang lain akan menolak mereka. Jika yang terjadi yang disebut terakhir, para murid tidak perlu marah, tidak perlu pula patah semangat. Tinggalkan saja orang-orang itu, serahkan nasib mereka pada penyelenggaraan Tuhan.

Keselamatan dari Tuhan bagaimanapun sifatnya tawaran. Kita bukan wayang yang segala tingkah lakunya dikendalikan oleh sang dalang. Kita punya kebebasan, dan Tuhan menghargai itu. Karenanya bola sekarang berada di tangan kita. Mau membuka hati terhadap sapaan Tuhan atau menolak-Nya, terserah pada kita. Pikirkan baik-baik sebelum memutuskan, sebab setiap pilihan tentu ada konsekuensinya.