Cara Mudah Mengenali Tuhan

Kamis, 3 Mei 2018 – Pesta Santo Filipus dan Yakobus

218

Yohanes 14:6-14

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”

Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.

Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.”

***

Filipus berkata kepada Yesus, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Kebanyakan orang memiliki cara pikir yang kurang lebih sama dengan Filipus. Mereka membutuhkan sesuatu yang bisa dilihat, dirasa, dan didengar untuk mengenali keberadaan sesuatu, tidak terkecuali keberadaan Tuhan. Ketika kita berdoa, kita membutuhkan jawaban Tuhan yang bisa kita alami secara nyata, bukan? Ketika meminta pertolongan Tuhan karena sakit atau sedang menanggung beban berat, tetapi tidak kunjung mendapat jawaban dari-Nya, bukankah kita kemudian bertanya, “Tuhan, di manakah Engkau?”

Yesus menjawab Filipus, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa … Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.” Yesus menegaskan kepada Filipus bahwa Allah Bapa bisa dikenali melalui diri dan tindakan Yesus. Dengan kata lain, Tuhan bisa dikenali dengan mudah dalam pengalaman riil manusiawi. Ada beberapa cara mudah untuk mengenali Tuhan. Cara-cara berikut ini saya olah dari Barclay’s Study Bible.

Tuhan dikenali dalam keluarga

Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Ia pun hadir dalam keluarga. Ia dilahirkan, dibesarkan, dan dididik dalam keluarga. Kehadiran Yesus dalam keluarga telah menyucikan keluarga dan kelahiran manusia bagaimana pun kondisinya. Apakah kita bisa mengenali keberadaan Allah dalam keluarga kita: dalam diri suami, istri, anak-anak, dan orangtua kita?

Tuhan dikenali dalam pekerjaan sehari-hari

Yesus yang dilahirkan dalam keluarga ambil bagian dalam pekerjaan manusia. Ia menjadi tukang kayu seperti Yusuf, ayah-Nya. Yesus sungguh memahami kesulitan-kesulitan yang kita hadapi dalam pekerjaan sehari-hari, misalnya: beratnya pekerjaan, relasi dengan orang lain yang terlibat dalam pekerjaan itu, juga tuntutan berat dari perusahaan atau konsumen. Ia yang hadir sebagai tukang kayu telah menegaskan bahwa Tuhan hadir dalam pekerjaan sehari-hari manusia. Karena itu harus kita sadari bahwa Tuhan memahami dan menguduskan pekerjaan kita sehari-hari.

Tuhan dikenali dalam perjuangan hidup

Kehidupan Yesus di dunia menunjukkan bahwa hidup tidak hanya berisi kenyamanan dan kesuksesan. Hidup adalah sebuah perjuangan. Orang lebih gampang mengenali Tuhan dalam keberhasilan dan kenyamanan. Namun, Yesus menunjukkan bahwa Tuhan hadir dalam setiap pergulatan atau perjuangan hidup yang harus kita jalani. Dalam pergulatan hidup, apakah kita bisa melihat kehadiran Tuhan? Atau, apakah kita justru merasa bahwa Tuhan meninggalkan kita?

Tuhan dikenali dalam cinta

Yesus berempati dengan kepedihan hidup manusia. Ia hadir dengan cinta di dalam setiap kesedihan manusia. Sering orang berpikir bahwa kepedihan ada karena ketiadaan cinta. Namun, sebenarnya di mana ada kepedihan, di situ juga cinta berada. Luka-luka yang diderita, kesengsaraan di kayu salib, bahkan lambung yang dirobek tombak mengungkapkan cinta Tuhan kepada manusia. Dalam kepedihan dan sengsara-Nya, Ia memberikan cinta-Nya kepada manusia. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13).

Dalam kesulitan atau kepedihan, mungkin ada seratus orang yang meninggalkan kita dan hanya satu atau dua orang yang bersama kita. Mampukah kita melihat satu atau dua orang itu sebagai tanda kehadiran Tuhan?