Kerendahan Hati sebagai Murid Yesus

Senin, 20 Agustus 2018 – Peringatan Wajib Santo Bernardus

266

Matius 19:16-22

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Kata orang itu kepada-Nya: “Perintah yang mana?” Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata orang muda itu kepada-Nya: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

***

Injil hari ini menyuguhkan kisah seorang pemuda kaya yang gagal menunjukkan bahwa dirinya layak menjadi murid Yesus. Awalnya, dengan percaya diri, ia menanyakan kepada Yesus segala perbuatan yang bisa membuatnya memperoleh hidup kekal. Ia mengira bahwa dirinya sudah melakukan semuanya, tetapi Yesus malah mengatakan padanya untuk menjual seluruh harta miliknya.

Dari Injil hari ini, saya belajar bahwa panggilan Allah adalah sungguh murni berasal dari Allah sendiri. Manusia hanya bisa menerima segala anugerah itu dengan kerendahan hati. Sang pemuda dari awal sungguh percaya diri bahwa ia sudah melakukan segala perintah Allah, ternyata keangkuhan itu justru membuatnya gagal menjadi murid Yesus.

Ketika merenungkan bacaan ini, saya teringat pada pengalaman saya. Suatu kali ada seorang anak SMP datang kepada saya untuk bercerita. Ia mengatakan bahwa ia agak jarang ke gereja, dan ia merasa bersalah atas hal itu. Saya bertanya hal apa yang membuat dirinya jarang ke gereja dan mengikuti misa. Ia mengatakan bahwa ibunya meminta dirinya untuk tidak ke gereja karena akan menambah biaya transportasi. Mendengar cerita itu, hati saya sungguh terharu. Dengan begitu polos, anak itu merasa bersalah tidak bisa ke gereja karena masalah biaya. Di balik itu, saya melihat kesungguhan anak ini untuk berjumpa dengan Tuhan. Saya pun segera meminta seksi sosial paroki untuk membantu memberikan uang saku bagi anak ini agar bisa pergi ke gereja.

Kisah anak SMP ini tentu berkebalikan dengan kisah si pemuda kaya. Si anak SMP sungguh ingin berjumpa dengan Tuhan, sampai-sampai ia merasa bersalah ketika hasratnya itu tidak terwujud. Ada kerendahan hati dalam dirinya. Sementara itu, si pemuda kaya dalam bacaan Injil hari ini menunjukkan diri sebagai pribadi yang memiliki segala-galanya, tetapi nyatanya malah mengalami kegagalan.

Saudara-saudari sekalian, marilah kita bersama-sama belajar bahwa kerendahan hati adalah satu-satunya cara untuk menjadi murid Yesus.