Sahabat-Sahabat Yesus

Minggu, 5 Mei 2023 – Hari Minggu Paskah VI

56

Yohanes 15:9-17

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

***

Menjelang kepergian-Nya, Yesus menyampaikan wejangan kepada para murid-Nya. Ia sangat mengasihi mereka, sebagaimana Bapa sangat mengasihi Dia. Kasih itu terwujud nyata saat mereka berkeliling bersama mewartakan Injil, dan berpuncak pada penyerahan diri Yesus di kayu salib.

Mengapa Yesus begitu mengasihi mereka? Di samping meneruskan kasih Bapa, ternyata ada alasan lain yang begitu mengharukan. Yesus mengasihi para murid karena mereka adalah sahabat-sahabat-Nya. Ini merupakan pengangkatan ke level yang tak terbayangkan sebelumnya. Seorang hamba hanya mengikuti kemauan tuannya. Namun sahabat, selain memiliki kedekatan yang erat, juga adalah tempat berbagi. Para murid bukan hamba, melainkan sahabat-sahabat Yesus. Kepada para sahabat-Nya itu, Yesus menceritakan rencana dan kehendak Bapa. Tidak ada sesuatu pun yang disembunyikan-Nya. Demi mereka pula, Ia merelakan nyawa-Nya. Ini adalah bukti kasih yang paling agung.

Dunia penuh dengan kebencian. Lawan-lawan Yesus sedang bergerak, bersiap hendak menangkap dan menghabisi-Nya. Pada akhirnya, nafsu angkara mereka nanti terpuaskan melihat Yesus mati tergantung di kayu salib. Sikap yang memprihatinkan. Bagaimana bisa mereka bersorak di atas penderitaan orang lain? Namun, itulah yang terjadi. Nasib para murid kelak tidak jauh berbeda. Hidup mereka akan semakin berat. Meskipun begitu, hendaknya mereka tidak menyerah, tidak pula mengikuti arus dunia.

Sebagai pesan terakhir, Yesus mengatakan satu hal lagi: “Kasihilah seorang terhadap yang lain.” Yesus melihat, kalau para murid mengembangkan sikap saling mengasihi, kesatuan kelompok itu akan senantiasa terjaga. Mereka juga tidak akan tertular oleh semangat kebencian dan kekerasan yang melanda masyarakat. Sementara orang lain saling membenci, hendaknya para murid saling mengasihi. Semoga justru masyarakatlah yang tertular oleh semangat kasih yang dihidupi secara nyata oleh murid-murid Yesus.

Perintah agung Yesus ini sederhana, tetapi tidak mudah dilaksanakan. Kita boleh bangga bahwa agama kita mengajarkan cinta kasih. Namun, sudahkah kita sendiri melaksanakan ajaran itu? Jika sulit bagi kita untuk mengasihi orang lain, Yesus di sini menawarkan bantuan: Pertama-tama, lihatlah orang lain sebagai sahabat, meskipun mungkin orang itu tidak sempurna. Kalau sudah menganggap seseorang sebagai sahabat, tentu lebih mudah bagi kita untuk mengasihinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ingat, Yesus lebih dahulu menganggap kita sahabat dan mengasihi kita, meski kita sama sekali tidak sempurna.