Sang Perintis

Minggu, 9 Desember 2018 – Hari Minggu Adven II

316

Lukas 3:1-6

Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.”

***

Yohanes mendapat tugas untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan. Ia mengawali tugas perutusannya dengan sebuah ajakan pertobatan, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis.” Yohanes menegaskan tugas perutusannya dengan mengutip kitab Yesaya (Yes. 40:3-5) bahwa akan ada suara yang berseru-seru di padang gurun untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Raja pada zaman dahulu pada umumnya naik kereta yang ditarik dengan kuda. Supaya raja, kereta, kuda, dan para pengiringnya bisa sampai dengan selamat, jalan-jalan perlu diratakan agar kereta itu tidak tersangkut di pasir atau lumpur.

Kita sering melihat atau mungkin mengalami sendiri bagaimana sibuk dan repotnya menyambut kedatangan orang penting, seperti pejabat pemerintah (lurah, camat, bupati, gubernur, menteri, atau presiden) atau pejabat Gereja (uskup atau paus). Semakin penting dan tinggi jabatan orang itu, semakin serius juga kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangannya. Pada umumnya dalam menyambut kedatangan orang-orang penting, kita akan terlebih dahulu membahas persoalan keamanan dan ketertiban, konsumsi, dokumentasi, dan keindahan. Semua itu boleh dikatakan sebagai bentuk persiapan lahir. Namun, bagaimana dengan bentuk-bentuk persiapan batin?

Sejak awal karyanya, Yohanes menyiapkan kedatangan Tuhan dengan ajakan untuk bertobat. Pertobatan menuntut adanya perubahan pikiran, sikap, dan perilaku, dari yang negatif ke arah yang positif. Segala rintangan menuju jalan keselamatan – seperti dosa, keangkuhan, iri hati, dan kecenderungan yang hanya memikirkan urusan duniawi – harus ditinggalkan.

Masa Adven adalah masa persiapan, sekaligus masa pertobatan untuk menyambut kedatangan Tuhan, baik saat hari Natal nanti maupun kedatangan Tuhan yang kedua kalinya kelak. Apakah Adven tahun ini kita masih saja sibuk dengan persiapan-persiapan lahiriah? Apakah persiapan kita hanya terbatas pada baju baru, lampu-lampu Natal, dan kandang Natal? Apakah kita sudah melakukan pertobatan dari tindakan-tindakan yang merintangi jalan keselamatan? Saudara-saudari sekalian, mari kita mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya agar kita semakin layak untuk menerima kedatangan-Nya.