Dia Tahu yang Terbaik Bagiku

Kamis, 14 Maret 2019 – Hari Biasa Pekan I Prapaskah

172

Matius 7:7-12

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

***

Nasihat yang disampaikan Yesus hari ini bisa jadi terasa berat bagi kita, terlebih ketika kita memiliki keinginan dan harapan yang kita ungkapkan kepada Tuhan. Berkali-kali kita mengungkapkan harapan, keinginan, dan permohonan itu melalui doa. Berbagai macam doa kita panjatkan dengan maksud agar Tuhan berkenan mengabulkannya.

Ada yang mengungkapkan permohonan melalui novena, ada yang dengan mengunjungi tempat-tempat ziarah, ada juga yang berdoa pada waktu-waktu yang khusus, misalnya saat tengah malam. Dengan menempuh berbagai cara seperti itu, kita berpikir bahwa doa kita pasti akan terkabul. Benarkah demikian? Sudah berapa banyak permohonan kita yang terkabul? Sudah berapa banyak keinginan kita yang terwujud?

Sejumlah orang memang menyatakan bahwa permohonan mereka banyak yang dikabulkan Tuhan. Namun, ternyata tidak sedikit juga yang berpendapat sebaliknya. Mereka merasa bahwa Allah tidak mendengarkan doa dan permohonan mereka. Pengalaman yang disebut terakhir inilah yang membuat kita sering bertanya-tanya: apakah meminta kepada Tuhan masih perlu dilakukan? Apakah mengetuk pintu kemurahan Allah adalah tindakan yang masih relevan?

Yesus mengajak kita untuk tidak berhenti mengungkapkan segala keinginan, harapan, dan permohonan kita kepada Allah. Hal ini dapat dibandingkan dengan seorang anak yang biasa meminta sesuatu kepada orang tuanya. Namun, orang tua tentunya tidak menuruti begitu saja apa yang diminta oleh anaknya, bukan? Ada berbagai macam pertimbangan ketika orang tua tidak memenuhi keinginan anaknya. Apa pun pertimbangannya, kita yakin bahwa mereka memikirkan yang terbaik bagi anak-anak mereka.

Demikianlah mengapa permohonan kita kepada Tuhan tidak selalu terwujud. Seperti orang tua memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam menuruti keinginan anak-anaknya, Allah juga mempertimbangkan segala harapan, keinginan, dan permohonan yang kita ungkapkan kepada-Nya. Tidak terkabulnya doa kita bukan berarti Allah tidak peduli kepada kita, tetapi justru karena Dia tahu yang terbaik, terpenting, dan terindah untuk kita.

Karena itu, ajakan Yesus kepada kita agar selalu mengungkapan permintaan kita kepada-Nya perlu dipahami secara tepat. Ini bukan sekadar ajakan untuk selalu meminta kepada Allah, tetapi juga ajakan untuk mengubah cara berpikir kita tentang doa dan permohonan kepada Tuhan.

Pertama-tama, kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk mengabulkan doa dan permohonan kita. Kedua, yakinlah bahwa permohonan dan harapan kita pasti dipertimbangkan oleh-Nya. Ketiga, yakinlah bahwa Allah tahu yang terbaik dan terpenting bagi setiap orang. Oleh karena itu, jangan berhenti berharap kepada-Nya. Teruslah berdoa, dan apa pun yang terjadi jangan pernah merasa kecewa.