Tenane

Jumat, 7 Juni 2019 – Hari Biasa Pekan VII Paskah

257

Yohanes 21:15-19

Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”

***

“Tenane” merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang dikatakan ketika seseorang meragukan ucapan atau janji orang lain. Padanannya dalam bahasa Indonesia adalah pertanyaan “yang benar?” atau “serius?” atau “sungguh?” dan sejenisnya. Misalnya saja ketika ada pemuda yang berjanji kepada seorang pemudi bahwa dirinya rela mengorbankan apa saja bagi kekasihnya itu. Kalau sang pemudi tidak yakin akan ucapan tersebut berhubung tahu bahwa pemuda itu sering berbohong, ia bisa berkata kepadanya, “Tenane?”

Kita memang akan merasa diragukan oleh orang lain ketika orang itu berulang-ulang mengajukan pertanyaan yang sama kepada kita. Meskipun kita sudah menjawabnya, rasa-rasanya jawaban yang kita berikan tidak membuat orang itu merasa yakin. Itulah yang dialami Petrus dalam bacaan Injil hari ini. Ia merasa sedih karena Yesus bertanya kepadanya sampai tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Pertanyaan yang diajukan sampai tiga kali ini bisa jadi juga mengingatkan Petrus akan penyangkalan yang sebelumnya ia lakukan. Saat itu, sebelum ayam berkokok, ia telah menyangkal Yesus hingga tiga kali.

Akan tetapi, Yesus kiranya tidak bermaksud membuat Petrus bersedih. Ia juga tidak bermaksud mempersalahkan sikap murid-Nya itu dulu. Sebab, setiap kali Petrus menjawab bahwa ia mengasihi Yesus, Yesus kemudian menanggapinya dengan perintah agar Petrus menggembalakan domba-domba-Nya.

Kesediaan Petrus untuk menggembalakan kawanan domba merupakan wujud konkret kasihnya terhadap Yesus. Tugas dan risiko yang akan ia hadapi sangat besar. Petrus harus bersikap tegar sampai akhir. Seperti Petrus, sebagai pengikut Kristus yang telah dibaptis dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus, kita pun memiliki tugas perutusan. Kita dipanggil untuk mengutamakan Tuhan dan melawan setan serta segala bentuk godaan. Masih tetap setiakah kita melaksanakan janji-janji baptis tersebut?