Merasakan Kerahiman Allah

Minggu, 19 April 2020 – Hari Minggu Paskah II

216

Yohanes 20:19-31

Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”

Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.

***

Akhir-akhir ini dunia disibukkan dengan pandemi virus corona atau yang juga dikenal dengan istilah Covid-19. Berbagai sikap muncul atas terjadinya bencana ini, yaitu prihatin, kasihan, gelisah, takut, juga panik. Bagaimana tidak, virus corona sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk negara kita, dan dengan mudah menjangkiti manusia. Mendadak bumi seakan-akan berhenti berputar, sebab banyak orang harus menghentikan kegiatannya dan berdiam diri di rumahnya masing-masing. Banyak yang sakit, banyak yang meninggal, banyak juga yang tiba-tiba kehilangan pendapatan dan pekerjaan.

Bacaan Injil hari ini berkisah tentang para murid yang sedang sedih dan bingung karena kematian Yesus di kayu salib. Mereka takut terhadap orang Yahudi yang memusuhi Yesus dan orang-orang di sekeliling-Nya. Ketakutan ini disampaikan dengan penggambaran bahwa para murid berkumpul “di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci.” Betapa takutnya mereka, sehingga harus bersembunyi di tempat yang rahasia, bahkan sampai mengunci semua pintu.

Dalam situasi yang mencekam itu tiba-tiba Yesus datang menghibur mereka. Ia berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Kedatangan Yesus tentu saja menggembirakan hati para murid. Rasa takut mereka seketika berubah menjadi sukacita. Mereka benar-benar mengalami damai sejahtera. Tomas yang saat itu tidak hadir mula-mula tidak percaya ketika diberi tahu. Namun, setelah dalam kesempatan selanjutnya berjumpa langsung dengan Yesus yang bangkit, ia pun menjadi percaya. Tomas yang kurang percaya ditegur oleh Yesus, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Saudara-saudari yang terkasih, hari ini adalah Hari Minggu Paskah II, yang juga merupakan Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Dalam situasi mencekam yang kita hadapi sekarang ini mungkin kita bertanya-tanya, “Di mana letak kerahiman Tuhan?” Kalau Dia maharahim dan mahabaik, mengapa wabah penyakit ini dapat terjadi? Mengapa Ia tidak segera turun tangan untuk membebaskan kita dari ancaman maut?

Mari kita menghadapi situasi sulit ini dengan sabar dan berani. Jangan takut, jangan pula kita putus asa dan putus harapan. Teguhkanlah iman, sebab Tuhan beserta kita. Rasakanlah penyertaan dan pertolongan-Nya melalui tangan sesama, para petugas kesehatan, dan pemerintah. Semua itu menjadi bukti bahwa Tuhan tidak diam saja melihat umat-Nya menderita. Karena itu, yang justru perlu kita tanyakan kepada diri kita sendiri adalah: apakah kita sudah berbuat sesuatu untuk meringankan penderitaan sesama? Apakah kita bersedia menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam situasi yang sulit ini?