Membiarkan Tuhan Berkarya

Rabu, 2 September 2020 – Hari Biasa Pekan XXII

128

Lukas 4:38-44

Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka.

Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.

Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

***

Ada dua peristiwa penyembuhan atau healing dalam bacaan Injil yang disuguhkan hari ini, yaitu penyembuhan ibu mertua Petrus dan penyembuhan banyak orang sakit yang dibawa oleh kerabat mereka kepada Yesus. Namun, yang menarik bagi saya untuk direfleksikan adalah sikap orang-orang yang – setelah mengalami banyak penyembuhan dan mukjizat – berusaha mencegah Yesus agar tidak pergi ke daerah lain. Ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwa terkadang kita ingin menggenggam rahmat untuk diri kita sendiri saja. Egoisme spiritual sering kali hinggap pada diri kita, yaitu ketika kita menghendaki, “Tuhan hanya boleh berkarya untuk diriku saja.”

Menanggapi hal itu, Yesus berkata, “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dengan ini, Ia menegaskan kepada kita bahwa rahmat dari Tuhan harus dibagikan kepada yang lain, tidak hanya digenggam untuk diri sendiri. Panggilan orang Katolik adalah untuk diutus. Kita diutus bukan hanya kepada mereka yang baik-baik saja dan kepada mereka yang sudah berada di jalan yang benar, tetapi juga kepada mereka yang sungguh membutuhkan pertolongan agar dapat bersua dengan Tuhan.

Pembelajaran yang bisa kita petik dari bacaan Injil hari ini adalah: Apakah kita sudah mencerminkan diri sebagai seorang utusan Tuhan? Apakah rahmat kebaikan Tuhan sudah kita bagikan kepada yang lain, tidak hanya untuk kepentingan pribadi kita semata?