Berkorban Demi Kebenaran

Jumat, 5 Februari 2021 – Peringatan Wajib Santa Agata

136

Markus 6:14-29

Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: “Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia.” Yang lain mengatakan: “Dia itu Elia!” Yang lain lagi mengatakan: “Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu.” Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: “Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi.”

Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, istri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai istri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil istri saudaramu!” Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.

Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: “Minta dariku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!”, lalu bersumpah kepadanya: “Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!” Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: “Apa yang harus kuminta?” Jawabnya: “Kepala Yohanes Pembaptis!” Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: “Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!” Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.

Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.

***

Kebenaran kadang menyakitkan, lebih-lebih bagi orang yang menyembunyikan borok atau kesalahan. Tidak ada hal lain bagi orang seperti ini kecuali mencegah atau melawan siapa pun yang hendak membuka aib atau boroknya itu. Entah terlihat nyata maupun terselubung, orang yang berani melakukan itu ia pandang sebagai musuh.

Hal itulah yang dialami Yohanes Pembaptis. Herodes tahu bahwa Yohanes adalah seorang yang benar dan suci. Ia berusaha melindunginya. Namun, kebenaran yang diwartakan Yohanes ternyata menyakiti hati Herodias, istri Herodes. Yohanes dengan lantang mengkritik perkawinan Herodes dengan Herodias sebagai tidak halal. Akibatnya, Yohanes harus mengalami kematian yang tragis. Kebenaran yang diwartakan Yohanes menuntut tebusan, yakni nyawanya sendiri.

Yesus yang datang untuk mewartakan kebaikan dan kebenaran juga berhadapan dengan ancaman dan tantangan yang pada akhirnya merenggut nyawa-Nya sendiri. Meskipun demikian, Yesus rela menyerahkan nyawa-Nya, sebab kasih-Nya kepada Allah dan kepada sesama begitu besar. Banyak martir dalam perjalanan sejarah Gereja juga melakukan hal yang sama, salah satunya Santa Agata yang kita peringati hari ini. Darah mereka menjadi kesaksian dan keselamatan bagi dunia.

Kebenaran memang menyakitkan bagi orang yang menyembunyikan bobrok atau kesalahan. Namun, kebenaran tetap akan bersinar dan menjadi terang bagi kegelapan dunia. Hal itu membutuhkan pengorbanan. Pertanyaannya, maukah kita berkorban demi kebenaran dan kebaikan hidup manusia?