Geregetan!

Selasa, 16 Februari 2021 – Hari Biasa Pekan VI

87

Markus 8:14-21

Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Dua belas bakul.” “Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Tujuh bakul.” Lalu kata-Nya kepada mereka: “Masihkah kamu belum mengerti?”

***

Pernahkah Anda “geregetan” kepada orang lain? Geregetan adalah ungkapan kejengkelan ketika berhadapan dengan kebebalan atau kedegilan hati seseorang. Kita geregetan terhadap orang yang terus melakukan kesalahan yang sama, padahal sudah berkali-kali kita beritahu dan kita jelaskan. Kita mengalami “kejengkelan kuadrat” ketika berhadapan dengan orang ndableg alias bebal yang berkeras dengan prinsip dan keyakinannya yang keliru, padahal sudah kita ajak untuk berubah. Ternyata mengajak orang untuk berubah itu sulit. Menawarkan cara pandang baru yang lebih baik dan lebih positif ternyata tidak mudah.

Geregetan mungkin adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan perasaan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Ia geregetan terhadap murid-murid-Nya sendiri yang tidak mampu menangkap maksud perkataan-Nya. Saat itu Yesus menasihati mereka, “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Mendengar itu, para murid justru berprasangka, “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Pikiran mereka ternyata hanya berpusat pada masalah perut dan hal-hal yang sifatnya lahiriah, padahal Yesus mengajak mereka untuk mampu melihat lebih dalam, yakni menangkap hal-hal rohaniah dan spiritual dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Karena itulah Yesus menjadi geregetan dan berkata, “Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar?”

Kedegilan hati bisa jadi ada juga dalam diri kita. Misalnya ketika kita berniat untuk bertobat, tetapi ternyata itu hanya sekadar kata, alih-alih tindakan nyata. Berkali-kali kita berjanji akan berubah, tetapi ternyata jatuh kembali pada dosa dan kesalahan yang sama. Tanpa mau mendengarkan kritik dan masukan, kita terus saja berkeras dengan keyakinan kita yang salah dan merasa diri selalu benar.

Saudara-saudari yang terkasih, dalam banyak peristiwa, Tuhan selalu menyapa kita dengan berbagai cara untuk selalu mengingatkan serta mengajak kita agar berubah. Mari kita belajar untuk menangkap, mengerti, dan bersedia menanggapi tawaran kasih Allah itu. Semoga dari hari ke hari perilaku dan perbuatan kita semakin menyenangkan hati Tuhan karena selaras dengan kehendak-Nya.